Bagian 3.
Ribuan tetesan air dari langit membasahi seluruh kota Tokyo, suara gemercik air yang berjatuhan ke tanah dan bau air hujan yang menambah suasana di kota tersebut. Banyak manusia tergesa-gesa berlarian mencari tempat untuk berteduh, walaupun kota tengah dilanda hujan yang cukup lebat tak membuat aktivitas manusia terhenti,sebagian dari mereka tetap melanjutkan kegiatan mereka tanpa gangguan sedikit pun, begitu pula dengan Kenma.
Walau udara dingin menyeruak dan menerpa ke pori-pori kulitnya, Kenma tak berhenti untuk melangkah dengan keyakinan kuat di hatinya. Ia berjalan di bawah rinai hujan dibantu dengan payung yang ia genggam dengan erat, bibirnya terukir sebuah senyuman sumringah sembari menatap sepatunya yang basah akibat genangan air hujan di jalanan.
“Kuroo pasti suka.” gumamnya dalam hati.
Memberi bento hasil tangannya sendiri untuk Kuroo membuat hatinya menghangat, menimbulkan euforia yang tak dapat ia bendung. Kenma ingin melihat Kuroo walau dari kejauhan sekali pun, karena ia terlampau sadar diri jikalau Kuroo masih enggan untuk bertemu dengannya. Selagi Kuroo masih mau menerima bento buatannya, Kenma rasa itu sudah lebih dari cukup. Membutuhkan waktu sekitar 25 menit dengan menaiki bis dan berjalan kaki beberapa mil untuk sampai di perusahaan milik Kuroo akhirnya kedua tungkainya berhenti di depan gedung perusahaan yang berdiri dengan kokoh menjulang ke atas langit. Lagi-lagi membuat Kenma kagum serta bangga dengan pencapaian Kuroo.
Dibanding dengan dirinya, Kenma rasa Kuroo jauh lebih hebat. Kuroo telah meraih mimpi-mimpinya yang pernah ia buat.
Rupanya Kenma datang disaat yang tepat, waktu menunjukkan pukul 12 siang di mana para pekerja mengambil waktu istirahat mereka, banyak pekerja yang bekerja di perusahaan Kuroo mulai keluar untuk menikmati makan siang mereka. Saat ini Kenma mengenakan jaket tebal, ia menutup kupluk jaket ke atas kepalanya serta memakai masker untuk menutupi wajahnya. Kenma tak ingin ada seseorang yang mengenalinya di sini.
Kenma masih berteduh di bawah payung yang ia bawa, masih banyak orang yang berlalu-lalang di depan gedung perusahaan Kuroo yang menyulitkan akses Kenma untuk masuk ke dalam gedung tersebut.
Namun, kala tungkainya melangkah maju, ia menemukan eksistansi Kuroo di depan pintu utama seraya memperhatikan arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, terpampang raut gusar di wajah Kuroo saat ini. Kenma hanya membeku di tempat, ia memandangi sosok Kuroo dari kejauhan. Kakinya seperti ditahan oleh tanah yang ia pijak untuk tetap diam di tempatnya. Jarak mereka cukup jauh sehingga Kuroo mungkin tak akan menyadari kehadiran Kenma di dekatnya.
Dari dalam lubuk hati Kenma, ia ingin sekali berlari lagi untuk menghampiri Kuroo dan memberikan bento buatannya secara langsung pada Kuroo. Namun, Kenma tersadar sebab ditampar keras oleh kenyataan, Kuroo pasti akan langsung menyuruhnya pergi dan tak ingin menerima kotak bento yang ia bawa. Perasaan bahagia menggerogoti seluruh tubuhnya, melihat keadaan Kuroo yang baik-baik saja sudah mampu membuatnya tenang.
“Ah, Kuroo keliatan lebih sehat, ya.” gumam Kenma pelan.
Persekon waktu berikutnya, seseorang datang menghampiri Kuroo dan menghambur pelukan pada Kuroo. Pemandangan itu tak luput dari pasang iris Kenma, pemandangan itu telak membuat Kenma tak mampu mengeluarkan kata. Genggaman di kotak bento dan payungnya melemah, seseorang itu mengulas senyum dan tangan Kuroo sontak mengusak surai seseorang itu yang mencuat. Gurat kebahagiaan tersorot dengan jelas di wajah mereka berdua. Kedua tungkai Kenma melemah dan tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri, pemandangan yang ia saksikan itu membuat napasnya tercekat.
“Aku lama, ya?” Suara lembut milik seseorang itu dapat didengar oleh Kenma.
“Gak kok, aku juga baru keluar.” balas Kuroo, intonasi itu sangat lembut.
“Hujan ... ” sungutnya.
Kuroo melepaskan jaket yang sedari tadi terpasang di tubuh jakungnya, memasukan tubuh mungil seseorang itu di dalam jaketnya, Kenma melihat wajah Kuroo yang tersenyum hangat pada sosok itu. Tangannya meraih tangan seseorang itu untuk saling berpagutan satu sama lain, sedangkan salah satu tangannya berusaha untuk menutupi bagian kepala pemuda itu dari guyuran hujan sebelum mereka berlarian melintasi hujan.
Kenma, dia tak mampu berucap lagi. Sekotak bento yang awalnya ia genggam dengan erat mulai terlepas dan terhempas di tanah yang basah. Wajahnya tak menunjukkan gurat apapun karena otaknya masih memproses sebuah pemadangan nyata yang ia saksikan dengan matanya sendiri. Hatinya tertohok dan ia meringis ngilu saat rasa sakit itu kembali menyerang lubuk hatinya.
Apakah Kuroo sudah menemukan seseorang pengganti dirinya?
Kenma mempertanyakan siapa pemuda bersurai terang itu, pemuda dengan senyuman terang dan indah. Payung yang sedari tadi ia gunakan untuk melindunginya dari hujan sekarang jatuh di atas tanah, membiarkan tubuhnya basah akan air hujan yang langsung mengguyur seluruh tubuhnya. Tangannya membekap mulutnya untuk meredam rasa sakit yang kini ia rasakan.
Kenma tak dapat membendung air mata yang merongrong untuk keluar, ia telah bersimbah air mata walaupun air matanya tercampur dengan air hujan, keduanya sama-sama membasahi wajah Kenma. Lantas, tak ada alasan bagi Kenma untuk diam di tempatnya, perlahan ia melenggang pergi dengan perasaan terluka. Abai pada semilir angin yang membuat tubuhnya bergidik, tungkainya hanya melangkah tanpa arah dan ditemani dengan rasa gundah.
“Kuroo ... ” Hatinya seolah berteriak memanggil nama Kuroo.
Pemandangan tadi begitu tiba-tiba untuknya, melihat wajah bahagia Kuroo saat bersama pemuda itu seolah memberi tanda pada Kenma bahwa kini Kuroo tak akan lagi berpaling kepadanya. Senyuman hangat itu tak akan lagi tertuju pada Kenma, pelukan nyaman itu tak akan mendekap tubuhnya, dan hati itu tak akan lagi tuk berlabuh di hatinya.
Hatinya bak ditikam oleh tombak panas, merobek seluruh bagian dan membiarkannya perlahan hancur hingga berkeping-keping. Kenyataan yang begitu pahit harus Kenma terima, kenyataan yang mengatakan bahwa Kuroo benar-benar membencinya dan berganti untuk meninggalkannya. Kenma tahu semua kisah ini berawal dari kesalahannya, tetapi mengapa ia begitu egois tuk meraih Kuroo kembali. Kenma tahu jikalau Kuroo pernah terluka lebih parah daripada yang ia rasakan, akan tetapi mengapa ia masih bersikeras untuk mendapatkan hati Kuroo lagi. Sebab, hati Kenma telah terpatri dan tak akan pernah berpaling pergi.
Kenma selalu menginginkan Kuroo walaupun mereka tak dapat bersatu lagi.
Kisah romansa yang berakhir nestapa, hanya meninggalkan luka yang menganga.
[]