Fatalis.

Explicit sexual content, boys love, dom/sub, Kokonoi!top, Seishu!bot, dirty talk, degradation, humiliation kink, overstimulation, multiple orgasms, fingering, rimming, masturbation, spanking, sex toys, squirting, nipple play.

Terbalut kemeja berwarna putih tulang yang ukurannya cukup besar sehingga menyelimuti tubuh ringkihnya. Tanpa sehelain kain pun yang merahap tubuh bagian bawahnya, ia biarkan begitu saja. Terpampang eksplisit bagaimana paha sintalnya terlunjur di atas ranjang yang hanya ditempati olehnya seorang diri. Maka dari itu, pemuda jelita itu merasa bosan. Tak ada hal yang menarik ia lakukan selagi sang kekasih tak menunjukkan batang hidungnya di kediaman mereka.

Sudah banyak serial drama yang ia tonton untuk menghapus rasa bosan tersebut, tapi tak kunjung hilang juga. Pemuda itu butuh seseorang untuk ia ajak berkomunikasi dan melakukan hal-hal bersama. Saat ini ia tengah merindukan sosok pujaan hatinya, sebabnya pemuda itu mengenakan kemeja yang kerap dipakai oleh sang kekasih. Menghirup aroma maskulin yang memoar dari kemeja tersebut. Semakin ia hirup, semakin besar kerindukan kepada sang kekasih yang kini menjadi budak korporat di perusahaannya. Menjadi atasan yang kompeten membuat pemuda bernama Kokonoi Hajime itu berdasar radikal.

Tiada hari tanpa bekerja, baginya harta dan takhta adalahnya segalanya untuk bertahan hidup di masa sekarang. Namun, ada satu hal yang membuat Kokonoi terjerembab tunduk. Tak lain dan tak bukan ialah kekasihnya, Seishu. Kokonoi ingin mengepal semesta di dalam genggamannya, tapi di balik itu ada sosok Seishu yang selalu menguasainya.

Fuck a boredom!” umpat Seishu lantang. Aroma maskulin dari kemeja Kokonoi membuat suhu tubuhnya seketika naik ke ubun-ubun. Tiba-tiba bayangan di mana Kokonoi menjamahnya dengan panas di atas ranjang yang saat ini sedang ia tempati. Memikirkan hal itu membuat Seishu tergiur untuk melakukannya lagi.

Sebenarnya Kokonoi telah menaklukkan semesta dari jauh hari yang lalu, sebab semestanya Kokonoi adalah Seishu.

“Gue dapet ide bagus nih.” Seishu tersenyum culas di ranum kemerahannya, segera menyambar ponselnya dan melakukan pose erotis di atas ranjang sembari menghadap sebuah kaca yang menunjukkan refleksi dirinya. Seishu nyalakan kamera ponselnya dan memotret dirinya yang tengah membuka lebar kedua pahanya yang tak dilapisi apapun.

Setelah merasa cukup memotret tubuhnya, Seishu mengirimkan gambar-gambar tersebut kepada Kokonoi dan mendapatkan balasan dari sang tambatan. Kokonoi memintanya untuk tak melakukan lebih sampai dirinya pulang ke rumah. Seishu tak acuh dengan balasan Kokonoi terhadap dirinya, sekarang ia sudah terbakar hasrat birahi. Pahanya semakin ia lebarkan sembari bertumpu dengan sikunya. Menyapu bagian perutnya hingga ke paha dan terakhir ereksinya yang sudah mengacung. Seishu itu payah dalam mengontrol birahi, ia mudah terpancing.

Seishu memejamkan matanya erat seraya membuat imaji di mana saat ini Kokonoi lah yang sedang menjamah tubuhnya. Tangannya bergerak menggoda ereksinya yang basah dan ke bawah menuju senggamanya yang berkedut-kedut. Di bayangannya, Kokonoi sedang mengusap liang senggamanya dengan jari-jarinya yang panjang. Seishu membuka mulutnya dan membiarkan lidahnya terjulur keluar.

Ahh—Koko!” Vokalnya mulai gemetar tatkala jari tengahnya melesak masuk ke dalam lubangnya yang sempit, membuat gerakan keluar masuk dengan lamban. Bayangan Kokonoi semakin jelas ketika Seishu menutup rapat matanya, salah satu tangannya bergerak ke atas untuk memanjakan puting dadanya seolah-olah Kokonoi yang sedang memilin putingnya.

Ruangan yang awalnya senyap kini berubah menjadi saksi perbuatan Seishu tanpa kehadiran Kokonoi di dalamnya. Seishu sangat binal, dadanya membusung tinggi saat jari tengahnya tak sengaja menyentuk titik ekstasinya. Seishu menambahkan satu digit jari telunjuknya untuk memenuhi pusat tubuhnya, namun Seishu masih merasa luang. Bahkan dua jarinya tak mampu membuat Seishu terpenuhi.

Fuck! The only thing that I need is Koko’s dick. When will he fucking come?!” teriak Seishu frustasi sebab jarinya tak sepiawai jari-jari Kokonoi saat melakukan fingering kepada senggamanya.

Seishu menarik kedua jarinya yang basah akan cairannya keluar dari lubangnya. Seishu juga melonggarkan kemeja yang ia kenakan sehingga mempertontonkan bahunya yang halus. Ia mengambil mainannya di dalam laci dan kembali mengangkang menghadap cermin. Benda berukuran panjang berwarna hitam itu ia jejalkan ke dalam senggamanya yang rapat, Seishu sempat meringis kala benda itu menyapa liang hangatnya. Ia tak butuh cairan penetrasi, sebab lubangnya sudah cukup basah sekarang.

Tangannya menggerakan benda itu keluar masuk di dalam senggamanya, sembari mengisi pikirannya dengan eksistensi Kokonoi. Seishu memandangi refleksinya di cermin, bagaimana lahapnya lubangnya menerima benda panjang itu. Wajahnya yang merah padam dengan keringat yang bercucuran di pelipisnya.

Ahh ... ” lenguhnya pelan.

Seishu itu sungguh indah, walau posisinya di atas ranjang bak seorang sundal haus akan hubungan intim yang tengah mengais hasrat sensualitas, refleksinya di cermin terlihat seperti sebuah lukisan artistik. Kaki yang mengangkang lebar, netra yang sayu, serta lidah yang terjulur. Dilihat dari sisi manapun, Seishu tetap masih sama indahnya. Oleh karena itu, Kokonoi sangat memuja presensinya.

Jarinya ia gunakan untuk memilin kedua putingnya yang menegang dan tangannya dipergunakan menggerakan benda panjang tersebut tak beraturan, yang ada di dalam pikiran Seishu hanya kepuasan. Ia ingin lebih dan lebih, bagaimanapun caranya. Ereksinya mengacung lebih tinggi dan perlahan mencuatkan cairan pra-ejakulasi. Sebentar lagi Seishu akan mengarungi dunia putihnya, tangannya semakin bergerak lebih cepat agar segera sampai.

Tak menyadari sepasang mata telah memperhatikannya dari arah belakang. Mengangkat sudut bibirnya ke atas sembari menyunggingkan serangai. Tercipta perasaan bangga di hatinya melihat tingkah laku kekasihnya bak begundal kecil. Tangannya ia lipat di atas dada, tak ingin menganggu kegiatan Seishu sehingga kekasihnya rampung dengan dildo yang memanjakan senggamanya.

“Sayang ... ” ringis Kokonoi pelan.

“Koko—come fuck me, oh gosh! Touch me like that, wreck me go to pieces by your fucking huge cock. Right there, aahh ... ” Seishu meracau nyaring, tubuhnya bergelinjang hebat ketika pencapaiannya hampir sampai. Lututnya seolah tak memiliki tenaga untuk bertumpu, di balik punggungnya ada sosok Kokonoi yang terkekeh mendengar tuturan Seishu.

Rupanya tengah masturbasi sembari membayangkan dirinya.

Sshh ... ” Seishu telah sampai. Cairan ejakulasi bercucuran banyak di atas sprei yang membalut ranjang tersebut. Sontak tubuh ringkih itu ambruk di atas ranjang, terlampau abai pada benda itu yang masih terpasang untuk memenuhi lubangnya.

Seishu mengatur napasnya kembali normal, sedangkan Kononoi melangkah mendekati sang kekasih yang masih mengangkang lebar di hadapanya. Terlintas ide di pikiran Kokonoi, ia meraih dildo hitam tersebut dan menggerakannya di dalam lubang Seishu sehingga sosok elok itu terkesiap dan segera membuka mata.

“Sudah puas, hm?” tanya Kokonoi lembut seraya menggerakan benda itu keluar masuk, tak peduli dengan gambaran reaksi yang tercetak di wajah Seishu.

Ahh ... Koko!” rapal Seishu masih sangat terkejut dengan kedatangan Kokonoi.

“Jawab, sayang. Sudah puas main sama dildonya? Gak perlu aku lagi untuk muasin kamu, ‘kan?” Kokonoi tak membiarkan Seishu menarik napas barang sekalipun, dari awal ia sudah memperingatkan Seishu untuk tak menyentuh dirinya sendiri sampai ia datang. Namun, kekasihnya itu membuatnya sedikit kecewa. Ah, tetapi tak menampik kenyataan bahwa ia menikmati pertunjukan yang Seishu buat.

Seishu tak dapat berujar sebab sehabis pencapaiannya sekujur tubuhnya terasa lebih sensitif, ditambah lubangnya yang kembali dihantam oleh bendal panjang yang tadi ia gunakan untuk bermain. Seishu tak sengaja menatap pada lengan Kokonoi yang semakin kekar, ada urat-urat yang menonjol di lengannya, hal itu membuat birahi naik ke pucuk.

Shh ... no, aku m-masih kurang ... aku masih butuh Koko. Koko, please ... ? Please come to fuck me right now.” mohonnya dengan nada membujuk.

Hentakan dildo hingga ke prostatnya membuat Seishu tersedak, Kokonoi menahan benda itu ke dalam lubangnya membuat Seishu kelabakan. Rasanya dua kali lipat lebih nikmat dibanding yang Seishu lakukan, mungkin sebab Kokonoi yang melakukannya. Kokonoi tak memberinya ampunan dan sosok itu menunduk untuk memagut ranum Seishu.

“Serakah banget.” pungkas Kokonoi.

Kokonoi mencabut dildo dari senggama Seishu membiarkan kekasihnya terjerembab di atas kasur, sembari dirinya menanggalkan pakaian demi pakaian yang membaluti tubuhnya secara tergesa. Sebenarnya sejak tadi ia sudah tak tahan untuk menghancurkan Seishu, maka dari itu Kokonoi tak ingin membuang banyak waktu. Ia ingin lekas menyudahi permainan Seishu dan beranjak ke permainan inti.

Seishu menatap damba pada proposi tubuh Kokonoi, kekasihnya dibentuk dengan sempurna seolah setiap jengkal tubuhnya berefek panas pada dirinya. Ketika Kokonoi menunduk untuk mengukung Seishu di bawah kekuasaannya, Seishu langsung melingkarkan kedua tangannya di leher Kokonoi. Keduanya terjalin ciuman intens dan sedikit kasar. Tangan Kokonoi justru tak tinggal diam, ia menjamah tubuh Seishu dari bagian bawah hingga atas.

Ingin menyentuh pahatan itu secara impulsif. Tangannya berhenti di pusat tubuh Seishu, mengusap liangnya yang terlampau sangat basah. Kokonoi memaksa Seiahu untuk tetap membuka matanya dan menatap telak ke netranya. Sebab Kokonoi ingin memuja Seishu sekali lagi, bahkan untuk ribuan kali.

Mitologi menceritakan bahwa Dewi Afrodit mempunyai kecantikan tiada tara dibanding dewi yang lainnya. Namun, di semestanya Kokonoi berbeda. Tak ada yang lebih indah dari sosok Seishu, tak ada yang membuatnya luluh-lantah selain desiran cintanya kepada Seishu. Kokonoi selalu bertingkah amplifikasi kepada Seishu. Tak cukup satu paragraf untuk jabarkan bagaimana keindahan yang terlukis di entitas Seishu, tak ada kata yang pas untuk mendeskripsikan Seishu selain sempurna.

Kokonoi tak hanya memujinya tapi memuja setiap lekukan tubuhnya. Kulit porselennya yang sehalus awan, netranya yang terang bak langit siang dan tentram bak lautan. Seishu adalah karya terindah yang pernah Tuhan ciptakan. Itulah sosok Seishu yang disaksikan oleh Kokonoi.

Begitu pula Seishu, tak butuh satu semesta untuk menilainya, cukup Kokonoi.

Kokonoi bubuhkan ciuman kupu-kupu di atas kulit halus Seishu, tinggalkan beberapa bercak kemerahan sebagai tanda kepemilikan. Tangannya sibuk menyapu lubang senggama Seishu yang kian basah.

Mmhh.”

Jika sudah berada di bawah dominasi Kokonoi, Seishu beringsut mengecil. Tak berani layangkan bantahan. Ia ditatar untuk diam dan nikmati selagi Kokonoi memanjakan seluruh tubuhnya.

“Kamu sekarang makin keliatan sundalnya, siapa yang ajarin kamu begitu, Inupi?”

Plak.

Tamparan tersampir di pahanya, bibirnya bergetak tak mampu mengluarkan kata.

“Kehendak s-sendiri ... ” jawabnya.

Kokonoi terkekeh dan beranjak mundur ke belakang. Ia mencengkram kedua paha Seishu dengan kuat tatkala wajahnya berhadapan langsung dengan liang Seishu yang memoarkan aroma tubuhnya. Tiba-tiba saja benda basah menyapu liangnya.

Seishu berjengit, “ah!” Kokonoi itu selalu tahu di mana setiap titik sensitifnya. Saat ini lidahnya berperang di bawah sana dengan lincah menjilati liangnya yang basah. Seishu rasanya ingin lolongkan desahan lebih nyaring lagi.

“Koko—” ucapnya tertahan.

Benda basah itu masuk melesak ke dalam senggama Seishu dan menggerakannya keluar masuk secara sensual. Seishu tak tahan lagi membendung hasratnya, ia ingin cepat-cepat dihancurkan oleh ereksi Kokonoi. Tubuhnya bergelinjang dan jari-jari kakinya menekuk. Kokonoi seolah sungguh menikmati aktivitasnya terhadap senggama Seishu sehingga membuatnya tuli akan penuturan Seishu yang meminta untuk segera dipenuhi.

Ahh ... Koko, ayo hancurin aku ... ”

Shut the fuck up, Inupi. Sejak awal kamu yang menggoda aku.” sarkas Kokonoi di bawah sana, namun beberapa sekon kemudian ia berhenti dan menegakkan tubuhnya. Menatap kondisi Seishu yang sangat kacau; dada yang terekspos di netranya, ada banyak tanda kepemilikan yang tercipta di atas kulitnya, dan wajah kemerahan karena menahan birahinya.

Sempurna.

Kokonoi meminta Seishu untuk menungging, ia ingin bercinta dalam posisi ini. Salah satu posisi kesukaannya saat bersenggama dengan Seishu. Dan, posisi yang ia suka lainnya adalah saat Seishu berada di atas pangkuannya. Ia sungguh menyukai kekacauan Seishu dalam mengais pencapaiannya sendiri.

Fill me up with you dick, Koko. I always want you.” racau Seishu.

Kokonoi tak menjawab, lagi-lagi tangannya menampar bokong sintal Seishu yang mendapatkan lenguhan panjang dari kekasihnya. “You have got a great ass.”

Pemuda bersurai legam itu sekilas menatap pada pusat tubuh Seishu yang telah cukup basah dan ia menuntun ereksinya yang sudah menegang untuk melesak masuk ke dalam senggama Seishu. Ujung ereksi pemuda itu telah masuk menghasilkan ringisan dari Seishu. Perihal kejantanan kekasihnya; Seishu sungguh mengagumi betapa gagahnya benda tak bertulang itu ketika menumbuk telak ke prostatnya, panjang dan sangat besar untuk ditampung. Namun, hal itulah yang membuat Seishu selalu merasa terpenuhi.

Ssh.” Kokonoi mendesis.

Mereka ialah sepasang kekasih, sudah puluhan kali mereka melakukan hubungan intim tetapi senggama itu masih sangat ketat. Kokonoi menghentakkan pinggulnya sehingga seluruh ereksinya berhasil masuk ke dalam, membuat sang pemuda berparas elok itu tersedak dan napasnya sedikit tersengal. Ia ingin mengumpat.

Fuck, Koko!”

I know exactly what you want to and how to ruin you in a better way.” Lidahnya bercela, sedangkan pinggulnya bergerak sangat rancu membidik kejantanannya di dalam lubang Seishu tanpa celah.

Ahh ... ”

Kokonoi menyukai vokalisasi Seishu tatkala ia mendesahkan namanya, di rungunya desahan itu bak alunan musikal yang membawanya menuju langit ke tujuh. Maka Kokonoi selalu meminta Seishu untuk tak menahan desahan serta lenguhannya, semakin nyaring teriakannya semakin besar hasrat Kokonoi timbul. Pemandangan Kokonoi berkeliaran menelaah punggung Seishu yang masih kosong seperti sebuah kanvas. Lalu, sebagai kuas bertinta merah Kokonoi menunduk untuk mencumbu punggung Seishu dengan tanda kepemilikan.

Atmosfer di ruangan itu terasa sengap membuat si submisif tercekat, tubuhnya berulang kali menggelinjang menerima tumbukan ereksi Kokonoi. Tak ada kelembutan di sana, Kokonoi bergerak brutal dan sangat kasar. Ah, tetapi tak menampik sebuah fakta bahwa ia menyukai sisi Kokonoi yang kasar saat melakukan seks bersamanya.

Mmmh ... t-touch me deep and break it.”

I have no mercy, a fucking slut.

Seishu mengulas senyuman lebar, ia tak akan goyah dan runtuh begitu saja. Ia semakin meninggikan bokongnya, memamerkan dua bongkahan sintal itu kepada Kokonoi. Bunyi kecipak yang muncul dari benturan kedua kulit mereka bergema di penjuru ruangan, Kokonoi tak akan memberi Seishu ampun sedikit pun. Ia benar-benar ingin menghancurkan Seishu di setiap hentakannya.

“Seishu I-n-u-i,” eja Kokonoi, “pada dasarnya kamu hanya akan jadi anjing peliharaanku yang setia untuk selalu mengangkang pada majikannya.” hardik Kokonoi. Netra tajamnya menatap nyalang ke bawah di mana ereksinya keluar masuk di dalam lubang sempit Seishu.

I am, sir. A-Aku cuman anjingnya Koko ... ahh—mmhh.

Kokonoi tak bermaksud untuk merendahkan derajat sang kekasih, bisa diulang bahwa Seishu itu bentuk semesta yang absolut. Visual semesta di pandangan Kokonoi adalah Seishu. Ia rela membangun sebuah kuil megah demi memuja sang kekasih, namun berbalik pada situasi saat mereka bergumul di atas ranjang yang hangat. Bagi Kokonoi, Seishu hanyalah anjing kecil yang selalu menggonggong patuh kepada majikannya.

Bau citrus dari tubuh Seishu menyeruak mengisi rongga penciumannya. Harum seperti tumpukan bunga segar. Bercinta dengan Seishu membuat Kokonoi menanggalkan akal sehatnya, tak ada usapan sehalus kapas, hanya ada usapan seduktif yang siap menghancurkan sang lawan. Kejantanannya menumbuk titik ekstasi Seishu berulang kali seolah tak ada kepuasan di relung jiwanya. Kokonoi ingin selalu melakukannya lagi dan lagi. Sentakan ereksinya semakin kuat dan rancu. Seishu tak dapat berujar selain melafalkan desahan demi desahan.

“K-Koko ... mau sampai ... ”

“Payah.” kiasnya.

Andai Kokonoi tak menahan pinggulnya, ia yakin ia akan ambruk sebab kedua lututnya sudah sangat lemah. Ereksinya berkedut sembari mengeluarkan cairan pra-ejakulasi. Sedikit tumbukan lagi Seishu akan keluar. Ia lolongkan permohonan agar Kokonoi tetap bergerak brutal tanpa memikirkan senggamanya yang memerah. Seishu terkulai lemas, tetapi lidahnya tak kunjung kelu untuk melenguhkan nama Kokonoi.

Mmhh.”

Dinding rektum Seishu menjepit ereksi Kononoi begitu erat, pertanda jikalau pemuda itu benar-benar ingin sampai ke dunia putihnya. Kokonoi lajukan gerakannya demi mengejar putihnya agar bisa melepaskan pencapaiannya bersama Seishu. Ia ingin mengisi senggama itu dengan cairannya tanpa setetes pun berceceran keluar. Seishu harus menelan semua cairannya. Dan itu mutlak.

“Desahin namaku, sayang.”

Ahh ... Koko ... ”

“Sekarang kamu boleh keluar.”

Kokonoi menyesap pundak Seishu memberikan servisan lembut pada sang kekasih agar putihnya segera sampai dan tak lama kemudian, Seishu mengeluarkan cairan ejakulasi dengan begitu banyak mengotori sprei yang ada di bawahnya.

Aah ... ” Seishu melenguh.

Kokonoi masih mengejar putihnya, menegakkan badannya agar gerakannya bisa sedikit lebih rancu. Seishu berulang kali tersedak ludahnya sendiri, takjub dengan kekuatan Kokonoi saat bercinta. Seolah-olah tenaganya untuk melakukan hubungan seks berada di tingkat dewa. Tangan Kokonoi merambat ke dada Seishu dan meremas dadanya yang cukup berisi. Seishu kembali desahkan nama pemuda itu.

Beberapa hentakan berikutnya Kokonoi berhasil mengeluarkan cairan ejakulasinya di dalam senggama Seishu yang terasa sangat penuh untuk menampung cairan.

Mmh.” Kokonoi menggeram nikmat tepat di samping telinganya. Ia mencengkram kuat dada Seishu sembari menikmati euforia yang berterbangan setelah pencapaiannya keluar. “Sayang ... ”

Seishu tak langsung menjawab, ia masih mengatur napasnya yang tersengal. Kokonoi mengangkat tubuh ringkih itu untuk duduk di atas pangkuannya. Kokonoi mengulum puting Seishu dan mengisapnya seolah-olah putingnya akan mengeluarkan cairan. Seishu meringis, tangannya terangkat untuk mengusap surai Kokonoi.

“Minum susu yang banyak, sayang, biar punya kamu makin gede.” ucap Seishu sambil terkekeh.

“Baik, Mommy.

Tak ada sesi atau ronde selanjutnya setelah mereka selesai bercinta. Kokonoi bergegas melalukan aftercare kepada Seishu, kembali memuja sang kekasih dan segala kesempurnaannya. Memandikan Seishu dengan telaten dan memasangkan pakaian kepada tubuhnya. Seishu diminta untuk tak melakukan apa-apa kala Kokonoi sibuk membersihkan tempat tidur mereka. Kokonoi tahu jikalau Seiahu sudah lumayan letih akibat pergumulan mereka.

Maka pada waktu ini biarkan dirinya layani Seishu bak pangeran kerajaan.

“Koko,”

Hm?” Kokonoi berdehem.

I really love you today, even tomorrow, and forever! Thank you.”

Melihat presensi Seishu yang tengah tersenyum sangat atraktif, jantungnya berdebar lebih cepat daripada kinerja biasanya. Netranya terpaku memperhatikan sang kekasih dengan lekat. Dari sisi manapun, Seishu itu akan tetap terlihat indah. Kokonoi merasa sangat beruntung karena sudah memiliki Seishu untuk dirinya sendiri. Ia terenyuh dan membalas senyumannya.

I love you more, Inupi. I always do.

Dalam setiap narasi berceritakan tentang hubungan keduanya, Kokonoi selalu menjabarkan perihal keindahan Seishu dalam bentuk diksi di dalam balutan puisi. Lantaran Seishu itu bak maha karya yang dicintai banyak pasang mata, namun karya itu hanya terhubung kepada pembuatnya.

Setiap seniman selalu menuangkan banyak cinta di atas karyanya, juga seniman dan karyanya selalu menjalin hubungan esensial. Kokonoi lakukan ikatan meraki dan Seishu memahami bahwa itu ialah hakiki.

end.