Jemput.
Kita menghentikan laju motornya di perkarangan rumah seseorang yang ia tuju. Melepaskan pengait helm yang ia kenakan, lalu meletakkan di atas spion. Sedikit membenarkan surainya yang berantakan, Kita sudah berjanji untuk menjemput Akaashi—setter dari Fukurodani yang mereka pinjam untuk pertandingan para kapten yang mereka lakukan. Untung saja Akaashi mau menerimanya.
Hitung-hitung sebagai latihan, ujar Akaashi. Lagipula melakukan pertandingan dengan anggota dari tim voli yang kuat sangat menguntungkan bagi semua pihak.
Kita mengirimkan sepucuk pesan melalui surel kepada Akaashi, memberitahukan pemuda yang lebih mudah itu bahwa dirinya sudah berada di depan rumahnya. Tak selang beberapa menit kemudian, Akaashi menghampirinya dengan mengenakan hoodie putih untuk menutupi jersey yang ia gunakan.
“Kak, maaf nunggu lama.” sahutnya seraya menerima helm yang diberikan Kita.
“Gak masalah kok.” balas Kita dengan ciri khas suaranya, “maaf ganggu waktu kamu pas weekend begini.” sambungnya.
“Gak apa-apa, Kak. Aku ikutan seneng kok ngebantu yang lainnya.”
“Makasih, ya, Akaashi.”
Kita memintanya untuk segera naik ke jok belakang motornya, tak ingin berlama-lama di tempat sebab semua temannya juga sedang berada di perjalanan. Kita harap dirinya datang tepat waktu dan tak membuat yang lainnya menunggu.
...
Alih-alih, Daichi mengetuk pintu rumah Terushima seraya membawakan sesuatu untuk orang rumah Terushima. Dirinya memang berniat memberikan oleh-oleh kepada orang tua Terushima sebab dirinya pun terlampau begitu mengenali mereka.
Terushima membukakan pintu untuk Daichi, pemuda itu telah siap dengan jaket yang membungkus badannya. Daichi menyerahkan oleh-oleh yang ia bawa kepada Terushima.
“Buat nyokap dan bokap lo, bilangin ada salam dari Daichi.” timpal Daichi.
“Wah! Makasih banyak, Bang.” Terushima menyambut pemberian Daichi dengan senang hati, lalu meletakkan ke dalam rumah.
Segera dirinya kembali menghampiri Daichi yang sudah berada di atas motornya. Terushima memasang helm kebanggaannya di atas kepalanya. Menyusul Daichi untuk duduk di atas jok belakang motor milik temannya tersebut.
“Habis lo modif, ya?” tanya Terushima.
“Iya nih, lebih bagus diliat. Nanti kalo lo udah buka bengkel sendiri, gue bakal sering ke bengkel lo buat modif motor.”
“Doain aja, ya, ‘kan.”
Daichi terkekeh renyah, ia menyalakan motornya dan melaju membelah jalanan kota pada siang hari ini. Daichi tak ingin datang terlambat di tempat yang sudah mereka tentukan untuk melaksanakan pertandingan kapten dengan kapten.
“Bang, seharusnya knalpot lo ganti juga, yang nyaring itu, biar makin keren.” celetuk Terushima yang dihadiahi tatapan lamat.
“Ngapain? Gue gak mau bar-bar kayak lo. Knalpot yang begitu terlalu berisik.”
“Ah, lo mah.” keluh Terushima, “Bang, habis selesai tanding temenin gue bersihin tindikan gue, ya?” ajak si pemuda bersurai kekuningan.
“Yoi, bisa aja.”
...
“LO TERLAMBAT 35 DETIK!”
Oikawa meletakkan kedua tangannya di masing-masing pinggulnya, meneriakki kehadiran Ushijima yang baru saja keluar dari dalam mobilnya. Bokuto dan Kuroo ikut keluar untuk menghampiri Oikawa.
“Anjing, beneran lo itung?” tanya Bokuto.
“Iya lah!” balas Oikawa sungut.
“Maaf, tadi harus jemput Kuroo sama Bokuto dulu, baru lo.” ucap Ushijima.
“Kalo aja lo telat sampai semenit, maka gue akan menghancurkan dunia dan seisinya.” Oikawa menimpali, membuat Bokuto dan Kuroo tertawa lepas. Sedangkan Ushijima yang tersenyum hangat.
“Lebay, buruan berangkat nanti yang lain nungguinnya lama. Gue gak sabar mau mengalahkan lo.” ujar Kuroo.
“Palingan lo kalah dalam 5 menit.” balas Oikawa tak ingin kalah.
“Ck. Ck. Lo gak boleh meremahkan gue dan Kuroo, karena gue ini sangat hebat dan bahkan lebih hebat dari Ushiwaka.” Bokuto angkat suara dengan intonasi antusiasnya. Menjunjung tinggi tingkat kepercayaan dirinya di atas langit.
“Kita liat aja.” sahut Oikawa.
“Yaudah, ayo.” ajak Ushijima.
Saat mereka berempat telah berada di dalam mobil milik Ushijima, mereka sempat beradu mulut dikarenakan Oikawa tak ingin berada di sebelah Ushijima dan ingin duduk di posisi belakang. Namun, akhirnya Bokuto mengalah dan duduk di samping kemudi. Mereka berempat meracaukan berbagai pembahasan kala Ushijima mengemudikan mobilnya.
Bokuto menyalahkan radio untuk memutar lagu girlband kesukaannya dengan volume yang lumayan nyaring. Ushijima tak melarang Bokuto sama sekali. Akan tetapi, dua orang yang duduk di kursi belakang melayangkan protesan kepada Bokuto.
“GANTI! GANTI! GUE MAUNYA DENGER RED VELVET. PPALPALGEUMAN!!!!” teriak Kuroo.
“BERISIK BANGET SIH.” Oikawa ikut berteriak sembari menatap nyalang ke arah Kuroo.
“GAK MAU, GUE MAU DENGERIN LAGU TWICE BIAR GUE SEMANGAT.” balas Bokuto.
“GUE JUGA MAU DENGERIN LAGU RED VELVET BIAR GUE SEMANGAT.” Kuroo kembali melayangkan protesannya.
“GAK AKAN.”
“BERISIK.”
Mobil milik Ushijima diisi oleh teriakan ketiga temannya yang berebut radio mobil. Untung saja keributan yang dibuat oleh Oikawa, Bokuto, dan Kuroo tak membuyarkan titik fokus Ushijima pada jalanan di depannya.
[]