Main.

“ASSALAMUALAIKUM, SUKUNA. WOI, SUKUNA. ASSALAMUALAIKUM.”

Gojo memarkirkan motor sport hitam miliknya di depan garasi rumah Sukuna, setelah menurunkan pedal gigi dan lalu mematikan motornya. Ia berjalan dengan leluasa memasuki perkarangan rumah Sukuna layaknya rumahnya sendiri. Toh, Jin sudah menganggap dirinya sebagai anak kandungnya dan membiarkan dirinya sesuka hati untuk keluar masuk ke dalam rumah mereka.

Pemuda itu memainkan kunci motor di jari telunjuknya serta sesekali memberikan salam dengan intonasi suara yang nyaring.

“ASSALAMUALAIKUM, SUKIJAH. KELUAR LO WOI MONYET.” teriak Gojo lagi.

Tanpa ia sadari, ada figur Jin yang duduk di kursi teras rumah sambil membaca koran dan ditemani segelas kopi hitam; bapak-bapak thingy, pikir Gojo.

“Eh! Ada, nak Gojo. Habis dateng dari mana kamu, nak?” Pak Jin menurunkan kacamata bacanya hingga ke hidung, menganalisis penampilan Gojo dari atas hingga bawah, “dari tampangnya abis daring sama pacarnya nih.” sambung Pak Jin. Namun, mendengar kata daring membuat Gojo kebingungan.

“Hah? daring apaan, Pak?” tanyanya. Saat ini dirinya bukan lagi anak sekolahan yang melakukan daring dan lagipula untuk apa dirinya melakukan daring bersama pacarnya.

“Itu loh, nak. Anak muda zaman sekarang ini sering daring sama pacarnya, nongkrong-nongkrong di luaran, kayak kamu gitu loh, nak Gojo.” jelas Pak Jin dengan logat bahasanya yang masih tercipta di lidahnya saat berkomunikasi.

Daring ngapain dah, kagak ngerti serius.

“OOOHH! DATING YA MAKSUD BAPAK?” Gojo terbahak setelah mendapati maksud dari perkataan Pak Jin, maklum sudah tua.

“Nah itu maksud bapak!” Pak Jin memvalidasi ucapan Gojo.

Selang beberapa menit Pak Jin dan Gojo bercakap di teras rumah, tak lama Sukuna datang dengan muka bantal dan mendengus menemukan sosok paling menyebalkan di dalam hidupnya kini telah berada di depan rumahnya. Melihat Sukuna berdiri di dekatnya, Gojo langsung terkekeh-kekeh pelan.

“Ngapain lagi lo?” sungut pemuda itu.

“Ngajak main lah.” jawab Gojo antusias.

“Lagi gak mood.”

“Hari keberapa emangnya lo?”

“Apanya?” Sukuna menaikkan alisnya terheran dengan pertanyaan aneh si Gojo.

“Mens.” jawab Gojo santai.

“Toil!” Sukuna hendak melayangkan tangannya ke atas kepala Gojo, namun kawannya itu sikap dan langsung menghindar dari ancang-ancang Sukuna.

“Yok ah main tanah! Numpung gak terlalu panas nih, lo ‘kan suka main tanah.” ajak Gojo.

“Gak dulu, ya, nak Gojo. Sukunanya harus bobo siang dulu.” celetuk sang bapak.

Gojo kembali terbahak mendengar ucapan Pak Jin yang menurutnya sangat lucu, sedangkan Sukuna tak tahu harus bereaksi apalagi untuk menanggapi keabsurdan temannya itu. Terpantau sudah sangat lelah lahir dan batin.

“Yok, kita gali tanah buat jorokin lo ke dalam tanah abis itu gue kuburin.”

“ANJORT. JAHAT BETUL LO!” Gojo melayangkan protesan sambil memegang dadanya dengan kedua tangan untuk mendramatisir keadaan.

“Buat ngurangin hama di dunia.”

Suckid.

Setelah itu Gojo masuk ke dalam rumah Sukuna, tanpa meminta izin kepada si pemilik rumah terlebih dahulu. Sukuna sudah terlampau sabar dan tabah menghadapi kelakuan Gojo yang luar biasa itu.

“Jo, lo ngapain lagi ke rumah gue? Gue mau tidur.” Perkataan Sukuna menghentikan langkah kaki Gojo, lalu pemuda itu berbalik untuk menatap temannya itu.

“Yeu, kok lo malah tidur.” sungut Gojo membalas perkataan Sukuna.

“Ya, abis ngapain?” tanyanya.

“Katanya lo tadi ngajakin gue keluar, makanya gue ke sini.”

Sukuna terdiam di tempatnya sebelum memproses perkataan yang dilontarkan oleh Gojo, setelah mengakhiri obrolan dengan Gojo melalui via iMessage, dirinya memutuskan untuk tidur.

“Oh.” Sukuna bergumam.

“Lah ‘oh’ doang, buruan lo ganti baju kita keluar sekarang.” titah Gojo.

“Iye, bentar.”

Gojo menempatkan dirinya di atas sofa ruang tengah, tempat di mana ia sering bersantai di rumah Sukuna. Dirinya tengah memainkan handphone sembari menunggu Sukuna selesai bersiap-siap.

Menurutnya, jalan-jalan bersama Sukuna merupakan kegiatan yang cukup menyenangkan sebab Sukuna selalu mengajaknya ke tempat yang bagus untuk dinikmati oleh kaum pemuda seperti mereka. Jika diingat-ingat, Gojo lebih banyak menghabiskan waktu bersama Sukuna dibanding dengan Utahime, pacarnya.

Utahime saat ini berprofesi sebagai guru TK dan membuka usaha toko roti yang mana dirinya jarang meluangkan waktu kosong dikarenakan pekerjaan sehari-harinya membuat Utahime menjadi super sibuk.

Toh, lagipula Utahime dan Gojo saling memaklumi satu sama lain. Utahime membiarkan Gojo ke manapun dia pergi selagi tak ada dirinya yang menemani Gojo. Omong-omong, saat ini Gojo tak melakukan kegiatan apapun. Dirinya memilih gap year setelah lulus sekolah dan belum berminat mencari pekerjaan yang pas. Walaupun ia hidup seorang diri, Gojo tak pernah merasa kekurangan.

[]