Night Drive.

Sukuna sedang memainkan handphone-nya sembari duduk di atas jok motornya. Tangannya bergerak mengetik sesuatu di atas sana, saat ini dirinya berada di depan rumah seseorang, berniat untuk menjemput tuan rumah dan mengajaknya jalan-jalan di malam hari. Ia hanya berpakaian kasual; kaos hitam yang diliputi jaket denim yang berwarna sepadan, serta helm hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Tak lama kemudian, indranya mendengar bunyi pintu yang dibuka dan gerap langkah seseorang mendekat ke arahnya. Di sana sudah ada sosok Gojo.

“Lama.” protes Sukuna dengan wajah yang menampilkan ketidaksukaan, namun bukan berarti ia tengah marah, wajahnya memang selalu nampak menyeramkan.

“Gue boker tadi, yaelah lo.” balas sang kawan dengan nada antusias seperti biasanya.

“Buruan naik.” titahnya.

“Iye, iye.”

Gojo menaikkan tubuhnya ke atas jok motor Sukuna, lalu tanpa diminta atau aba-aba dari Sukuna, kedua tangannya melingkar ke sisi pinggang kekar Sukuna, mendekap temannya itu dengan erat.

“Anjing. Ngapain lo?”

“Pegangan lah, segala nanya aja.” balas Gojo santai, bukannya melonggarkan pelukan di pinggang Sukuna, pemuda itu semakin mempereratnya seolah-olah berkenan untuk melepaskannya.

“Lepas gak, anjir.”

“Kaga.”

“Sarap.”

“Buruan jalan, babu!”

Sukuna mendengus kesal, memang tak ada gunanya beradu mulut dengan sosok ular di belakangnya ini. Berkomunikasi dengan Gojo sama seperti berkomunikasi dengan dinding, keras dan tak ada balasan. Sukuna menarik napas pelan sebelum menyalakan motornya dan menginjak pedal gas. Dan, posisi Gojo tetap keukeuh berpegangan erat di pinggang Sukuna, seolah abai dengan pandangan bingung dari pengedara yang berpapasan dengan mereka.

“Na, lo mau ke mana dah?” tanya Gojo.

“Banyak tanya.” balas pemuda itu seadanya.

“Anjing.”

“Gue lagi kepengen makan di luar, palingan abis makan nongkrong.” timpal Sukuna.

“Oh.”

***

“Gue aja yang bayarin.” Sukuna membuka mulutnya setelah makanan yang mereka pesan tandas di atas piring masing-masing.

“Bagus lah, gue emang gak berminat ngeluarin duit gue.” jawab Gojo asal. Ia mengambil seputung rokok dari dalam kotak dan membakar tembakau tersebut.

Ck.” Sukuna bangun dari tempat duduknya, menuju kasir untuk membayar tagihan dari pesanan mereka. Setelah membayarnya, pemuda itu kembali duduk di tempatnya dan menatap lekat sosok temannya itu yang tengah asik memainkan benda berukuran persegi panjang tersebut.

“Nih.” Gojo menawarkan kotak rokoknya ke arah Sukuna, tanpa diperintahkan dua kali, pemuda itu mengambil seputung rokok dari dalamnya dan menyalakannya. “Yuuji katanya mau nitip sesuatu noh.” sambung Gojo, saat dirinya sedang mengunggah sesuatu di sosial media, ia melihat Yuuji meninggalkan komentar di unggahannya.

“Nanti bisa aja nge-chat sendiri.” balasnya.

Btw, abang lo gak ngebolehin lo ngerokok, ya, Na?” tanya Gojo.

“Sebenernya gak, lo tau ‘kan bang Choso tuh strict ke keluarganya, makanya gue sering ditegur sama dia kalo lagi ngerokok. Dia tau kalo gue udah kecanduan rokok, makanya dia minta buat ngurangin.” jelas Sukuna sembari mengeluarkan kepulan asap dari dalam mulutnya.

“Keren ya bang Choso, gak kayak adeknya gak waras.” Gojo terkekeh.

“Lo yang bikin gue gak waras.”

“Ngaku juga lo kalo lo gak waras.”

“Hm.”

[]