PERGI
Tangis penuh lara dan berkabung dalam dera yang menguasai relung kalbu. Tak ada secercah cahaya yang berpedar di dalam sanubari, serta suara manusia yang diam membisu. Derai gerimis hujan membasahi tanah yang menguarkan haru biru. Gundukan tanah basah yang terusun secara rapi di hadapan para manusia itu, ikut serta mengubur harsa yang pernah menimbulkan asa untuknya. Tungkai melangkah mundur meninggalkan pijakan sedari ia berdiri, merampungkan segala memoria yang masih belum sepenuhnya tuntas. Rasanya diri mereka telah terkubur dalam rasa kesedihan yang membara.
Telah berusaha keras untuk menghalau rasa yang mengacaukan setiap langkah kakinya. Namun, rasa pelik itu tak kunjung pergi dan kian menyulut nestapa di dalam dirinya. Hampa yang ia rasakan, matanya mengedar pada ekspresi iba yang ditunjukkan oleh orang-orang padanya. Walau mereka mengucapkan beberapa patah kalimat, akan tetapi dirinya bak tuli. Tak dapat mendengar apapun kalimat-kalimat yang terlontar.
Terlarut dalam delusi masa lalu hingga tak menyadari orang-orang mulai melenggang pergi dari dekatnya. Tubuhnya terkulai lemah, terpaan angin kencang tak mampu membuat dirinya menggigil, nampaknya kini dirinya tengah mati rasa. Wajahnya yang basah akibat gerimis hujan bercampur dengan simbahan air mata yang tak kian berhenti. Tak lain adalah Mikasa.
Sosok yang teramat disegani oleh orang-orang disekitarnya, disenangi, dan tentunya disukai oleh khalayak ramai. Tipikal seseorang yang bisa berbicara dengan siapa saja tak pandang bulu maka dari itu namanya cukup tersohor di kalangan kota. Tak sekalipun orang-orang melihat dirinya terlarut dalam aliran kesedihan, namun hari ini berbeda. Mereka semua telak melihat bagaimana rapuhnya pemuda itu.
Dirinya telak menangis deras, memperhatikan gundukan tanah dari kejauhan; kehilangan Eren rasanya seperti kehilangan setengah jati dirinya.
“Asa, lo bisa kedinginan.” Seseorang menyalak pelan dari belakang sosok itu, menadahkan payung untuk dirinya.
“Eh? Thanks.”
“Remember this; people come and people go. Whether how much your pain is, you really have to face it and keep alive. If someone just left you behind, doesn’t mean your feets stop step up forward. Mikasa, you still have a long way to go, losing someone can’t be hung up your way. All the people here definitely are sad too.” pungkas laki-laki itu telak mendengung di telinganya, ia dapat mendengar dengan jelas suara tegas itu.
“Ya ... ” Lidahnya masih terasa kelu, luka di hati semakin menganga.
“Once again, thanks.“
Personifikasi pria jangkung itu bernama Jean Kirstein, tubuh itu hanya mengikis jarak dan merengkuh tubuhnya yang rekah. Sosok itu menyaluruhkan ribuan kehangatan untuk dirinya melalui dekapan itu.
Carla tak menghadiri acara pemakaman anak tunggalnya, bukan tanpa sebab belaka, ia hanya tak mampu melihat Eren dimakamkan di bawah tanah dan melihat tubuh ringkih itu tertimbun, merasakan jiwa Eren yang terbang di atas angkasa.
Serta, pembunuhan yang melibatkan Eren itu terjadi atas dasar perintah seseorang yang menjadikan Eren sebagai target utama.
Mikasa mengedarkan binar sayupnya ke arah Armin yang bersimpuh di dekat tonggak penada makan Eren. Wajah pria itu basah akan air mata yang membanjiri seluruh wajahnya.
“Eren, tell me that this is just a ruse. You used to teased me a lot but don’t exaggerate this.” Armin berujar lirih.
Belasan tahun mereka habiskan bersama-sama membuat Armin begitu berat jika harus kehilangan Eren untuk selamanya. Bak ada ribuan godam yang menghunus ulu hatinya, menyebabkan luka yang menganga. Haru tangis tak dapat mengembalikan situasi ke sedia kala. Apa yang ia saksikan hari ini adalah nyata.
“Eren ... ” aju pria itu lagi.
“Armin, ayo pulang ... kita sudah mengantarkan Eren kembali pulang ke rumahnya. Gue merasa kalo saat ini Eren lagi melihat kita semua dan dia cukup berterima kasih.” Mikasa meraih punggung Armin, bak ingin menyalurkan energi tersisa yang ia punya untuk membangkit Armin.
“Mikasa ... dia pasti bahagia.”
Mikasa belum sepenuhnya rela, hatinya masih terluka. Namun, Eren seolah berkata padanya bahwa ia merasa lebih baik menetap di atas sana. Eren tak sepenuhnya mati, raganya memang pergi tetapi jiwanya masih ada di hati. Di dalam hati Mikasa.
[]