Setelah Pertandingan.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 6 jam, ketujuh pemuda pecinta bola voli tersebut terduduk terkapar di lapangan, di mana tempat mereka melangsungkan kegiatan pertandingan antar kapten. Suara deru napas yang berantakan mengisi kehampaan yang tercipta di dalam lapangan indoor itu.

Bokuto menegak habis minuman miliknya dalam sekali tegak, lalu kembali menetralisasikan napasnya yang tersengal-sengal membuat dadanya kembang-kempis. Sedangkan Kuroo dan Terushima menyapu pelipis mereka yang basah akan keringat yang dikeluarkan kala mereka melakukan pertandingan.

“Capek banget!” keluh Bokuto nyaring.

“Gue akui semuanya hebat kok, tadi gue bener-bener menikmati permainannya.” ungkap Kita dengan segaris senyuman tulua yang ia layangkan kepada teman-temannya tersebut.

“Ushiwaka biasa aja.” celetuk Oikawa dengan tatapan yang memicing kepada sosok yang dimaksud.

No, gue bermain bagus tadi karena setter-nya lo.” balas Ushijima.

“GAK.” tukas pemuda bersurai coklat itu.

“Gue jadi laper ... ” Terushima mengusap-usap perutnya seolah dia sedang kelaparan dan butuh asupan makan.

“Sama gue juga, energi gue udah habis banget gara-gara main sama kalian.” tambah Daichi yang menyampirkan handuk putih ke atas bahunya.

“Ayo nyari makan.” ajak Kuroo yang tengah melakukan perenggangan pada tubuhnya yang terasa pegal.

“Ayo!” ujar Bokuto antusias.

“Bang, ‘kan lo hari ini ulang tahun.” Terushima tiba-tiba berujar pada Ushijima dan membuat Ushijima mengerut bingung.

Hari ini bukan hari ulang tahunnya, lantas mengapa Terushima berujar demikian. Ia menaikan salah satu alisnya ke atas sebelum menanggapi perkataan Terushima. Bukan hanya Ushijima yang kebingungan, namun temannya yang lain ikut menoreh kebingungan.

“Hah? Ngablu lo.” pungkas Oikawa.

“Emang Ushiwaka ganti tanggal lahir?” Bokuto melemparkan pertanyaannya kepada Kuroo yang duduk di sampingnya.

“Lho, enggak kok.” jawab Ushijima.

“Masa gitu doang kalian gak paham sih?” Terushima berdiri dari duduknya untuk bersedekap dada di hadapan yang lainnya.

“Apa sih, gak jelas lo.” sahut Kuroo.

“Gak paham gue.” Daichi menambahkan.

“Hehehehehe.” Terushima terkekeh secara tiba-tiba yang semakin membuat keenam kapten itu terheran.

“Sinting.”

“Oikawa, pas tadi lo servis beneran gak kena bagian belakang kepalanya, ‘kan?”

“Gak kok.”

“Temen lo udah gila kayaknya.”

“ANJING.” Terushima menyalak tak terima tatkala teman-temannya mengejek dirinya, mendengar kata umpatan yang dilayangkan oleh Terushima berhasil membuat yang lainnya terbahak.

“Lagian lo gak jelas.” ujar Kita.

“Maksud gue, ceritanya aja Bang Ushiwaka ulang tahun biar kita-kita ditraktir makan.” jelas Terushima dengan ekspresi masam.

“Oh ... begitu.” balas Ushijima, “yaudah gue yang traktir makan kali ini.”

“SERIUS LO?” Bokuto dan Terushima langsung berteriak girang mendengar ucapan Ushijima.

“Iya.” timpalnya.

“Asik makan gratis!”

“Kalo gitu berangkat sekarang aja, yok? Takut keburu kemaleman.” Daichi mengajak teman-temannya untuk segera bergegas meninggalkan area lapangan yang khusus mereka sewa untuk pertandingan ini. Tentu saja Ushijima yang memesankan lapangan khusus yang diperuntukkan habya untuk mereka.

Let’s go!

...

“Pada mau makan apa nih? Biar gue aja yang pesenin.” tanya Kita.

“Bakso super pedes!”

“Bakso aja gue mah sama es teh, ya.”

“Gue samain aja kayak mereka.”

“MIE AYAM SPESIAL PAKAI BAKSO!”

“Mie ayam, kalo lo gimana, Oikawa?”

“Gue gak mau samaan kayak lo, jadi gue mau bakso.”

Kita mengingat-ingat pesanan temannya tersebut dan beralih untuk menuju ke arah kasir untuk memesankan makanan mereka. Tak lama Kita mengambil duduk di samping Terushima dan ikut berpartisipasi ke dalam topik pembicaraan mereka. Kuroo, Bokuto, Oikawa, dan Terushima selalu terpagut dalam percekcokan dan kerap melemparkan kata umpatan satu sama lain. Sedangkan Ushijima, Daichi, dan Kita merespon perbuatan mereka dengan tawaan.

Pertemanan mereka layaknya dua kubu yang berbeda kontras, namun perbedaan itulah yang membuat mereka bersatu menjadi padu. Terpaut dalam pertemanan yang positif dan menyenangkan. Sebuah pertemanan yang selalu menerima secelah kekurangan satu sama lain.

“Misi, Mas-mas. Ini pesanananya, ya.”

“Hore!” teriak Bokuto dan Terushima bersamaan. Mereka langsung meraih pesanan mereka dengan lahap.

“Selamat makan, semuanya.” ujar Kita sebelum memakan makanannya.

“Itadakimasu!”

Mereka menyantap makanan mereka dengan begitu lahap sebab energi mereka telah terkuras habis sejak beberapa jam yang lalu. Walau terfokus ke makanan masing-masing, mereka tetap saling bercakap dan membahas semua hal.

“Kuroo.” tegur Oikawa.

Tak ada balasan dari sang empu, ia hanya menatap makanannya dengan lamat.

“Woi, Kuroo!” panggil Oikawa lagi.

“KUROO!”

Kuroo tersentak dari tempat duduknya dan gelagapan membalas tatapan Oikawa yang menatapnya aneh. “Kenapa?”

“Bengong mulu lo.” ucap Terushima.

“Oh. Gue lagu liatin tataan bakso gue yang mirip dengan sel hewan.” balas Kuroo santai.

Bokuto langsung tersedak setelah mendengar ucapan Kuroo, ia menegak minumannya hingga tandas.

“LO PAS MAKAN AJA SAMBIL MIKIRIN HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAJARAN?” Bokuto berujar dengan volume intonasi yang tinggi.

Kita dan Daichi tertawa mendengar perkataan Kuroo dan Bokuto yang menurut mereka terdengar lucu.

“Ya gimana dong tiba-tiba kepikiran.” balas Kuroo dan tetap fokus untuk berkutat dengan makanannya yang menurutnya mirip dengan struktur sel hewan.

“Hati-hati kepala lo meledak.” ungkap Terushima yang mengakui kepiawaian Kuroo dalam bidang sains.

“WKWKWKWK.” Oikawa terbahak.

“Kur.” panggil Bokuto kepada Kuroo.

“Apaan?”

“Coba liat kepala lo sendiri, kepala lo tiba-tiba berasap tuh.” ucap Bokuto yang membuat Kuroo mendongak ke atas.

Namun, Bokuto bergerak cepat untuk mengambil beberapa bulatan bakso yang ada di mangkuk Kuroo dan melahapnya. Kuroo yang menyadari tindakan Bokuto tersebut langsung memukul pundak Bokuto dan memarahinya.

“BOKUTO ASU BANGET LO.” nyalak Kuroo.

“WKWKWKWKKWK.”

[]