SISTER’S FRIEND.

Explicit sexual content, dom/sub, anal sex, profanities, hand-job, fingering, dirty talk, rimming, humiliation, multiple orgasms, slight of humour.

Sejuntai cipta sensasi dalam benak balutan ilusi, serta membubuhkan sebuah adiksi. Dua siluet yang tenggelam dalam pias merah yang membuat mereka saling menjarah. Menjadikan langit yang dicat oleh mosaik kelam di bawah sang bulan yang temaram sebagai bukti perbuatan dosa. Melahap sosoknya bak seenggok mangsa.

Tak pernah terbayang oleh dirinya untuk berada di bawah kukungan seorang yang memoarkan aura dominasi yang kuat, tak lain ialah Kokonoi Hajime. Mengikis seluruh ego-nya dalam semalam hingga dirinya mampu bertekuk lutut di bawah kekuasaan Kokonoi. Pada detik ini terjadi, Kokonoi menyapu habis seluruh bagian tubuhnya dengan benda basah tak bertulang itu. Membuat tubuhnya bergelinjang tak kuasa menahan berahi yang Kokonoi berikan.

Balutan kain yang mulanya membalut tubuhnya kian tanggal beberapa menit yang lalu, Kokonoi datang kepadanya dengan netra yang menyala akan nafsu, seolah telah siap untuk segera melahapnya. Seishu tunduk akan sosok itu walau sebelumnya tak terjalin konstelasi yang bagus di antara mereka berdua.

Namun, Seishu tak akan menolak sebuah ajakan dosa yang mengikatnya dalam belenggu. Baginya dosa itu sebuah hal yang menggiurkan untuk dilakukan dan membuatnya ketagihan. Tubuh kekar Kokonoi semakin menghimpitnya membuat saluran napas Seishu terhimpit. Mulutnya menganga seraya menjulurkan lidah keluar setelah melalukan ciuman intens dengan bilah bibir Kokonoi.

“Koko ... ” ujarnya sayu.

Tatapan pemuda bersurai hitam itu mengerling menelaah sosok Seishu yang tak berdaya di bawahnya, tubuh bak kanvas putih yang sempurna memohon untuk segera ditorehkan oleh kuas yang akan meninggalkan sebuah karya. Kokonoi sungguh takjub akan pemandangan ini. Seishu bergelayut manja, mungkin efek dari berahi yang membakar jiwa laranya.

Kokonoi memagut bilah ranum itu lagi, mengepal kedua lengan Seishu ke atas kepalanya, ingin mengunci pergerakan si pemuda cantik itu. Lidahnya menyapu bibir Seishu, membawanya ke dalam sebuah ciuman yang akan terpaku abadi di dalam memori masing-masing. Selang beberapa menit kemudian, pemuda itu melepaskan ciuman mereka dan beralih untuk menjarah leher jenjang Seishu yang menarik atensinya. Menjilati leher itu dengan lidahnya, lalu meninggalkan setidaknya tiga tanda cinta di atasnya.

“Gak nyangka lo bisa sebinal ini.” Kokonoi berujar sarkastik, netra hitam itu seolah merendahkan sosok Seishu.

“Gak nyangka lo bisa sebangsat ini, gak tahan sama kharisma gue, ya?” balas pemuda dengan sepasang netra berwarna safir, netra yang dapat memikat Kokonoi.

“Siapa yang mampu nahan diri pas dikasih makan enak? Mungkin cuman orang bodoh yang mengambaikan sosok binal yang rela melucuti bajunya demi nafsu.”

Kokonoi menyambar puting Seishu yang menegang meminta untuk dimanjakan. Tubuh Seishu otomatis membusungkan dadanya ke atas, mulutnya terbuka melolongkan lantunan desah. Seishu ingin sekali melepaskan kedua tangannya dari cekalan tangan Kokonoi agar ia bisa leluasa menjamah tubuh Kokonoi, tetapi sosok itu bersikukuh mengontrol pergerakannya.

Mmh!” Seishu bergerak gusar, Kokonoi bak piawai yang memainkan putingnya dengan lidahnya itu. Menjilat, lalu memasukannya ke dalam mulutnya.

Setelah puas memanjakan kedua puting Seishu yang memerah, Kokonoi menjalar naik untuk mengecup bibir ranum itu lagi sebab dirinya terlampau candu. Desahan Seishu tertahan dengan ciuman itu, setelah Kokonoi melepasnya ia kembali mengeluarkan alunan desahan sembari merapalkan nama Kokonoi.

“Gila, gue dibuat sinting. Gue gak menyangka tubuh lo sebagus ini buat dipakai, gue bisa aja pakai tubuh lo ini setiap waktu biar lo tau kalo gue yang bisa buat seluruh ego lo runtuh dan lo tunduk di bawah gue. Inupi, jawab gue, sebagai ucapan rasa terima kasih, kira-kira apa yang harus gue kasih ke lo?” Kokonoi akhirnya melepaskan cengkraman tangannya pada lengan Seishu dan beralih menenggerkan tangannya di lingkaran leher jenjang Seishu, siap mencekik leher itu kuat dengan satu kepalan tangannya.

Seishu meneguk liurnya susah payah, netra seterang lautan itu berkelana ke sembarang arah agar tak terpaku di dalam tatapan mematikan milik Kokonoi. Seishu tak mampu menjabarkan sebuah kata, yang mana membuat Kokonoi menjadi geram dan berujung menampar bokong Seishu keras sehingga menimbulkan bekas kemerahan yang tercetak jelas di bawah sana. Sekali lagi, Seishu meneguk lidahnya.

“Jawab gue, Inupi. Gunain mulut lo buat ngomong, jangan digunain buat blow job doang. Ke mana perginya sosok sombong lo itu? Kok sekarang tunduk banget kayak anjing peliharaan. Ah, apa jangan-jangan lo emang dididik untuk patuh kalau ada seseorang yang bikin lo kayak gini?” Tangan Kokonoi masih melingkar di lehernya dan wajah pemuda itu sangat dekat dengan wajahnya, lantas saja membuat Seishu kaku.

“Berisik, mending sekarang lo masukin aja punya lo itu.” sungutnya sebal.

Tawa Kokonoi pecah mendengar jawaban Seishu, baiklah, Seishu tetaplah Seishu. Masih sama menyebalkannya seperti sedia kala. Kokonoi sedikit menjauhkan tubuhnya dari Seishu, membuka paha Seishu dengan lebar sehingga ia dapat melihat liang Seishu yang berkedut dan ereksinya yang sudah menegang. Tercipta semburat merah di wajah Seishu ketika Kokonoi meluruhkan seluruh atensinya kepada liangnya yang seolah memohon untuk segera dimasukin, rupanya Seishu telah mengidam-idamkan permainan utama.

Kokonoi memundurkan tubuhnya ke belakang, mensejajarkan wajahnya dengan lubang Seishu. Seishu terperanjat melihat Kokonoi yang berada tepat di depan lubangnya. Tanpa menunggu Seishu melayangkan sebuah protesan, Kokonoi mengarungi lubang Seishu dengan eforia yang membara. Seishu mendongakan kepalanya tak dapat menampung nikmat tiada tara yang Kokonoi salurkan ke sekujur tubuhnya, sedangkan Kokonoi sibuk dengan lubang Seishu; menjilat permukaan lubang Seishu dan mengecupnya dengan ciuman kupu-kupu.

Shit! Koko, lo orang terbangsat yang pernah gue temui—ah!” Seishu tak sanggup melanjutkan kata-katanya sebab rasa nikmat itu semakin merusak akal sehatnya. Pahanya mengapit kepala Kokonoi, namun dengan sigap pemuda bersurai kelam itu menahannya.

Kokonoi memasukkan lidahnya ke dalam lubang senggama Seishu, lantas pemuda itu mengluarkan lenguhan serta desahan dengan begitu lantang agar dunia tahu bahwa kini ego-nya telak berada di tanah. Ia tak ingin menampik sebuah kebenaran bahwa Kokonoi ialah seorang piawai, dewa seks yang membawanya ke terbang ke atas langit. Setiap sentuhannya mengantarkan listrik berahi ke sekujur tubuhnya. Lidah Kokonoi bergerak brutal nan piawai di dalam sana membuat si pemuda bernetra safir kewalahan.

It feels good ... ” pungkasnya.

Indeed so.” celetuk Kokonoi yang menekuni kegiatannya di dalam lubang Seishu, ia menarik wajahnya menjauh lalu menekan lubang Seishu dengan jarinya. Bagai ingin memasukkannya namun dua jari Kokonoi hanya menari-nari di sekitar lubang senggama Seishu.

“Koko, masukin.” titah Seishu.

“Gak sabaran banget.” Satu jari Kokonoi berhasil masuk ke dalam liang Seishu tanpa melakukan penetrasi terlebih dahulu, Seishu menukik jari-jari kakinya. Panjangnya jari milik Kokonoi mampu menyentuh titik ekstasinya.

Mmh ... ”

Kokonoi bergerak brutal memanjakan sang lubang surgawi, menyatakan bahwa sebuah ambrosial yang ada di tengah-tengah mereka ialah hakiki. Tak cukup dengan satu jarinya, pemuda itu menambahkan dua jarinya untuk bergabung bersemayang di bawah sana.

Rektum Seishu mejepit tiga jarinya begitu erat, namun pergerakannya masih sama gesit. Tangkas sehingga Kokonoi terlihat teramat beringas. Seishu tak henti-hentinya menuturkan kalimat tak senonoh, desahan seishu bagaikan alunan melodi Yunani,menjadi pengiring gerakan harmoni. Siapapun menyadari bahwa dosa sangat indah untuk dinikmati, namun tak akan pernah menyadari bahwa dosa mampu membawanya ke dalam lubang neraka. Hal itu yang kini menguasai seluruh otak Kokonoi.

“Koko ... something gonna come out ... ” Seishu tak tahu-menahu mengenai seks sebelumnya, ia merasa ada hal aneh yang menjanggal di dalam tubuhnya. Sesuatu yang merongrong minta dikeluarkan.

Cumming already? Get it all out, Inupi.”

Kokonoi semakin cepat menggerakkan jari-jarinya, dinding rektum Seishu mengerat memberikan pertanda bahwa sebentar lagi Seishu akan sampai ke puncaknya. Kembali terbesit kebanggaan di dalam diri Kokonoi karena mampu membuat sosok Seishu keluar hanya dengan jarinya.

Aah!

Seishu memuntahkan cairan ejakulasinya sekaligus, menyembur permukaan perutnya dan tangan Kokonoi. Napas Seishu tersengal dan tubuhnya semakin sensitif. Kokonoi mencabut jarinya dari liang Seishu dan berujar lembut.

“Bagus, Inupi.” ujarnya.

Seishu hanya terkulai lemas di atas ranjang, pemuda itu terlihat sangat panas dengan dada yang turun naik serta semburat merah merona di wajahnya, dan jangan lupakan tanda kemerahan yang menghias sekujur tubuh Seishu. Kokonoi akan mengabadikan momen ini dalam benaknya seumur hidup.

“Mau langsung ke intinya, Inupi?”

“Mau ... ” Vokalisasi pemuda itu sangat halus dan pelan.

Kokonoi bergerak menindih Seishu, bertumpu dengan tangannya yang berada di sisi kepala Seishu agar tubuhnya tak terjatuh menimpa Seishu. Kokonoi kembali mencumbu bilah bibir Seishu membuat Seishu terenyuh akan sikap lembut Kokonoi. Ia tak ingin menutup kelopak matanya, ia ingin melihat bagimana Kokonoi memagut bibirnya, netra kelamnya yang menyelami ke dalam netra safirnya. Baginya momen ini sangat menenangkan juga indah.

“Gue masukin, ya?”

“Iya.” Seishu sudah teramat yakin namun tak dapat dipungkiri bahwa ia merasa takut. Vokalisasinya menjadi gemetar.

Kokonoi mengarahkan ereksinya menuju lubang senggama Seishu yang telah basah akibat orgasme pertamanya. Segaris senyuman terpatri di wajah Kokonoi, pandangannya tak luput dari Seishu, sebab ia ingin selalu melihat sosok itu. Napas Seishu tercekat kala ujung ereksi Kokonoi telah tertanam di liangnya.

“Koko.”

“Kenapa, sayang?” Suara husky itu mengalun indah di rungunya.

“Kenapa di Bikini Bottom ada pantai? Terus, kenapa di Bikini Bottom bisa nyalain api unggun, logikannya aja Bikini Bottom ‘kan ada di dasar laut.”

Tiba-tiba Kokonoi bungkam dan diam seribu bahasa, ia tak melanjutkan ereksinya masuk ke dalam senggama Seishu, sedangkan si pemuda bersurai terang itu menatap Kokonoi dengan lamat.

“Inupi, anjing lo, jangan bikin gue turn off gara-gara lo nanya begitu.” Kokonoi berdecak kesal, sedangkan Seishu hanya terkekeh canggung.

“Gue tegang, anjing.”

“Ya, tapi gak begitu juga, lo bisa cium gue atau desahin nama gue daripada lo ngelantur hal yang gak jelas, yang ada kita berhenti nge-sex cuman gara-gara mikirin logika Bikini Bottom doang.”

“Maaf.”

Kokonoi membungkam sosok itu dengan ciumannya sembari menuntut ereksinya untuk masuk jauh lebih dalam. Tubuh Seishu spontan bergerak gusar dan menarik dirinya untuk melepas ciuman Kokonoi, pemuda itu melenguh kala ereksi Kokonoi hampir masuk keseluruhan. Sekali hentakan Kokonoi lakukan agar seluruh miliknya bisa masuk ke dalam lubang Seishu. Pemuda itu langsung mendesah nyaring karena rasa sakit yang menjalar naik, rasanya ngilu tapi masih terasa nikmat.

“Sabar, ya? Rasanya emang begitu.” Kokonoi mengusak surai Seishu yang berantakan dan mencium kening sang submisif dengan lembut seolah-olah Seishu ialah barang mudah pecah yang harus dijaga dengan baik.

Mmh ... ”

...

Keduanya kini sama-sama mengejar hasrat berahi, dengan posisi Seishu berada di atas meja rias dan Kokonoi berdiri untuk membidiknya. Seishu berpegangan dengan sisi meja agar tubuhnya tak tumbang akibat gerakan piston Kokonoi. Salah satu tangan Kokonoi menangkup dada Seishu, pinggulnya menghentak kuat titik ekstasinya. Menghujam Seishu seolah tak ada lagi hari esok bagi mereka.

“Koko, ah!” Seishu terus-menerus melafalkan nama Kokonoi di sela-sela desahannya, sedangkan Kokonoi merapalkan kalimat-kalimat pujian yang tertuju kepada Seishu.

“Lubang lo tiada tandingnya, Inupi. It holds me so tight, served mine so well. Inupi, I love it when we have sex like this. You’re so beautiful, no one looks flawless as you. You’re the one and only who makes me like this. Inupi, my little one, do come out for me. Show up to the world that you’re even begging for a cock.

Oh, Seishu langsung semakin bergairah, ia bergerak berlawanan dengan gerakan rancu Kokonoi. Ia telah meninggalkan rasa sakit yang ia dera di bagian awal, sekarang yang ia rasakan ialah perasaan gandrung yang besar kepada sosok Kokonoi.

Ereksi Kokonoi mengenai prostatnya berulang kali dan kala itu terjadi segumpal renjana spontan mengisi lakuna di dalam diri serta hatinya. Seishu sangat menyukai bagaimana ereksi Kokonoi bergerak keluar masuk dari dalam lubang sempitnya.

Meja yang mereka tempati untuk bercinta, berderit dan menjadi saksi bisu atas dosa yang mereka lakukan. Seishu mengerang keras, senggama melahap ereksi Kokonoi habis. Kokonoi menggeram rendah sedangkan Seishu telah meracau.

“Koko, mau keluar!” serunya.

“Keluarin sekarang, sayang.”

Gerakan Kokonoi itu brutal dan rancu, tak ada celah sedikit pun bahkan untuk bernapas saja terasa sulit dilakukan. Hentakan demi hentakan Seishu terima di lubang senggamanya. Kokonoi berangsur mendekat ke leher jenjang Seishu yang telah dilukis tanda kepemilikan.

Ssh ... Koko.”

Come out, Inupi.”

Selang beberapa menit kemudian, Seishu menuju ke puncak putihnya dan mengeluarkan cairan ejakulasinya yang membasahi tubuh mereka berdua. Kokonoi masih bergerak untuk mengejar puncaknya. Seishu mengalungkan tangannya pada leher Kokonoi, tanpa ia sadari kuku-kukunya menancap pada punggung Kokonoi.

Fuck you, Inupi.”

Yaash, fuck me, Koko!”

Tiga hentakan terakhir membuat Kokonoi sampai menuju dunia putihnya. Mengeluarkan seluruh cairannya di dalam kondom yang ia kenakan. Ia menumpukan kepalanya di atas bahu Seishu. Keduanya sama-sama menetralisasikan napas mereka yang tersengal, baik Kokonoi maupu. Seishu merasakan adanya debaran anomali yang muncul dan berdebar tak biasanya.

Pikirannya melambung jauh dan membuatnya terkekeh mengingat adegan-adegan yang mereka lakukan beberapa jam yang lalu. Kokonoi mendekap tubuh basah Seishu, membubuhkan kecupan lembut di atas bahu Seishu. Rasanya saat ini Kokonou terpikat pesona si pemuda bersurai terang ini. Ia tak akan menampik perasaan itu.

“Koko.”

“Hm?” Kokonoi berdehem dan tak ingin melonggarkan pelukan mereka.

“Ternyata nge-sex itu seenak ini, kenapa gak dari awal kita ngelakuinnya?”

“Yaudah, gimana kalo mulai dari sekarang kita ngelakuin ini? Kita bakal sering nge-sex bareng.” tawar pemuda bersurai hitam. Seishu membelalakkan matanya bahagia, tentu ia akan menyejutujui hal itu.

“Mau!”

Kret.

Kokonoi dan Seishu menoleh ke sumber suara dan mereka terperanjat ketika mendapati Akane yang masuk ke dalam kamar mereka. Ah, sial. Seishu merutuki dirinya karena lupa mengunci pintu dan tak mengingat sebuah fakta bahwa hari ini hari kepulangan Akane dari kegiatannya. Dalam posisi ini; Kokonoi yang masih menancapkan ereksinya di senggama Seishu dan tubuh mereka yang polos tanpa sehelai benang pun. Akane mengangkat wajahnya dengan niat menyapa si bungsu, namun tiba-tiba wajahnya berubah pias dan lidahnya kelu tuk berucap.

“KOKO? SEISHU?”

Fuck, malah keliatan kak Akane.”

[]