Sleepover.
Sesuai yang Gojo putuskan sebelumnya, ia menerima tawaran menguntungkan dari Sukuna yang mengajaknya untuk menginap di rumah Sukuna, selagi Megumi dalam masa pemantauan Gojo. Mungkin butuh sekitar satu minggu atau bahkan lebih beberapa hari hingga keduanya kembali ke rumah masing-masing. Setelah meminta Megumi untuk menginap di rumah Sukuna, pemuda itu langsung menerimanya dengan senang hati.
Ia bisa lepas dari Gojo, dan yang terpenting Megumi bisa menghabiskan banyak waktu bersama Yuuji selama 24 jam. Menurutnya tinggal di rumah Yuuji lebih baik daripada berdiam diri di rumah sang kakak angkat, Gojo. Namun, bukan berarti Gojo menelantarkan Megumi begitu saja di rumahnya, ia memperlakukan Megumi dengan baik sesuai amanah sang ayah.
Hanya saja ia tak ingin menghadapi sikap random dari Gojo yang mampu membuatnya pusing.
Saat ini keduanya telah berada di dalam mobil Gojo, mereka tak membawa banyak barang, terutama Gojo. Bahkan ia hanya membawa dompet serta handphone-nya, pasalnya ada banyak potong pakaian miliknya yang terdapat di rumah Sukuna, sebab terlalu sering menginap di rumah Sukuna, jadi ia tak perlu membawa baju, kecuali sepotong baju yang tengah ia kenakan. Sedangkan Megumi membawa beberapa potong baju, serta tas sekolah miliknya.
“Kak, ngapain sih bawa gituan?” tanya Megumi yang tengah mengerutkan keningnya bingung melihat benda yang Gojo bawa ke rumah Sukuna.
“Ssut, bocil gak boleh tau.” jawabnya santai dan lanjut memfokuskan diri ke arah jalanan yang cukup ramai.
“Apa sih.” Megumi mendesis kesal.
“Gum, lo kalo butuh apa-apa minta aja ya sama gue, semua kebutuhan lo gue tanggung selama bapak lo merantau.”
“Mau beli saham, Kak.” ungkap Megumi asal, Gojo memutar iris matanya ke samping untuk memperhatikan Megumi.
“Gila aja lo. Kalo soal saham mah minta sama bapak lo sana.” jawabnya.
“Lagian kakak bilangnya; semua kebutuhan lo gue tanggung. ‘Kan aku lagi mau beli saham.” celetuk Megumi lagi.
“Anak dakjal, lo kira gue pelihara tuyul apa yang sanggup beli saham.”
“Bukannya iya?”
“Hooh, gue emang pelihara tuyul. Nih tuyulnya lagi duduk di samping gue.” Telunjuk Gojo mengarah ke arah Megumi dan pemuda itu terkekeh pelan.
“Apa sih.” sininya.
Megumi menghela napas sabar, karena memang begitulah perawakan Gojo.
...
“Yuk masuk, Gum!” ajak Gojo yang langsung membuka pintu utama rumah Sukuna tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
“Ketok dulu, kak.” tegur yang lebih muda.
“Lah ngapain? Rumah ini udah kayak rumah gue juga, jadi jangan sungkan malu-malu begitu lo, yaudah buruan masuk.” balas Gojo yang masuk ke dalam rumah tanpa permisi dari sang empu.
“Aneh.” gumam Megumi pelan.
“SUKUNA, I’M COMING. WHERE ARE YOU AT, DEAR?” Keduanya telah menenangkan diri di dalam ruang tengah rumah Sukuna, sedangkan Gojo mengambil tempat untuk duduk di atas sofa sembari meneriakkan nama Sukuna dengan lantang.
“Anjing.” sungut Sukuna dari atas.
Mereka dapat mendengar derap langkah terburu-buru dari atas tangga yang merupakan suara langkah Yuuji yang tengah teramat antusias menyambut kedatangan Megumi di rumahnya. Ia sangat senang karena Megumi menginap di rumahnya, sebab ia mendapatkan teman bermain game online bersama.
“Hai, Gumi!” sapa Yuuji kepada temannya yang lagi membopong tas bawaannya.
“Hai.” balas Megumi.
“Megumi doang nih yang disapa? Gue kaga disapa juga?” Gojo menyambar Yuuji.
“Hai, kak Gojo!” sapa Yuuji dengan intonasi semangat dan nyaring.
“Gumi, taroh tas lo gih di kamarnya Yuuji, kalian berdua ntar tidur bareng.” titah Sukuna yang kini sudah berada di depan Megumi.
“Siap, bang.” Yuuji mengajak Megumi ke atas di mana kamarnya berada.
“Kita tidur bareng juga kaga nih?” tanya Gojo kepada kawannya tersebut.
“Najis, gue males tidur sama lo.” balas Sukuna dengan suara rendahnya.
“Monyet lo.” Gojo melemparkan bantalan sofa tepat ke wajah Sukuna, untung saja saat itu Sukuna hanya mendengus, tak membalas perlakuan Gojo.
...
“Na, sebenernya gue bawa sesuatu yang menarik nih.” Gojo membuka pembicaraan saat kini mereka sedang makan malam bersama di meja makan.
“Jangan bawa barang maksiat ke rumah gue, ntar rumah gue ada setannya.”
“Elo kali setannya.” ujar Gojo. “Barang yang gue bawa ini seru, beneran.”
“Apaan emang?” tanya Sukuna. Di seberang mereka ada Megumi dan Yuuji yang terlampau fokus menghabiskan makan malam mereka, namun Megumi dapat mendengar pembicaraan mereka dan langsung mengerti apa yang dimaksud dengan Gojo.
“Yuk, ikut gue sekarang.” Gojo meletakkan sendok yang tadi ia pegang di atas piring yang telah tanda, mendahului Sukuna untuk berjalan keluar dari dalam rumah, di belakangnya ada Sukuna yang mengikuti ke mana pemuda itu berjalan.
Gojo membuka bagasi mobilnya, ia mengeluarkan sebuah tabung yang berukuran besar, melihat benda yang dipegang oleh Gojo membuat Sukuna mengernyit bingung.
“Apaan tuh?” tanya Sukuna heran.
Gojo tak langsung menjawabnya, ia membuka penutup tabung dan mengeluarkan sebuah tenda lipat yang ia bawa dari rumahnya. Ia membiarkan tenda lipat tersebut terjatuh ke tanah, matanya berbinar terang melihat benda itu.
“Taraaa! Kita bakal camping malem ini.” ujar Gojo dengan sangat antusias sambil menggerakan kedua tangannya untuk menunjuk tenda lipat yang berada di tanah tersebut.
Sukuna bungkam, mulutnya tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Sepasang irisnya menatap nanar tenda yang ada di tanah dan sosok Gojo yang ada di hadapannya. Tak pernah terpikir olehnya ide-ide aneh seperti ini.
“Ngapain ... ?” tanya Sukuna pelan.
“Pakai nanya lagi lo, ya kita camping lah! Kayak orang-orang di luar negeri itu!”
“Tapi kenapa di rumah gue, toil.”
“YA EMANG DI RUMAH.”
“Mana-mana ada orang bikin tenda kemah buat camping di rumah, anjir.” Sukuna memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pening melihat perlakuan aneh Gojo.
“Ada, nih buktinya kita. Udah ah mending lo bantuin gue bangun tendanya.” suruh Gojo kepada Sukuna.
Entah mengapa tubuhnya tergerak untuk membantu Gojo membangun tenda lipat tersebut walaupun awalnya kesusahan karena instruksi yang ada di kertas sangat membingungkan, butuh waktu sekitar 1 jam setengah untuk membangun tenda tersebut hingga berdiri kokoh di tanah.
“Anjir, akhirnya jadi juga!” pekik Gojo senang.
Sukuna menarik napas rakus karena energinya terkuras banyak, “seneng lo.”
“Iya lah.”
Berikutnya Gojo mengeluarkan sebuah wadah yang terbuat dari baja dan di dalamnya berisi kayu-kayu kecil. Sukuna kembali terheran dengan Gojo.
“Ngapain lagi lo?” tanya Sukuna geram.
“Nyalain api unggun. Camping kalo gak ada api unggunnya bakal sepi.”
Astagfirullah. Itulah yang Sukuna ucapkan di dalam hatinya sekarang ini.
Gojo membasahi kayu-kayu yang ada berada di dalam wadah tersebut dengan minyak gas, tanpa diminta Sukuna mengeluarkan pematik dari dalam saku celananya untuk menyalakan apinya.
“HORE! API UNGGUNNYA NYALA!” teriak Gojo dengan heboh yang mengundang Megumi dan Yuuji untuk menghampiri mereka di perkarangan rumah.
“Wuih, camping!” pekik Yuuji senang.
Kayu yang dibasahi oleh minya gas tersebut menyala dengan besarnya, Yuuji dan Gojo memutari api unggun tersebut dengan senang sedangkan Megumi dan Sukuna hanya diam di tempat mereka, tak tahu untuk bereaksi apa lagi.
“Awas aja sampai ngebakar rumah gue.” kecam Sukuna kepada Gojo.
“Kalo kebakar tinggal dipadamin.” sahut Gojo dengan santai.
“Gila.”
Kini mereka berempat sudah duduk di depan tenda yang terpasang, sedang memainkan kartu UNO bersama-sama. Gojo tetap dengan kelakuan random-nya bahkan sesekali ia bermain dengan curang yang membuat Megumi dan Yuuji mengeluarkan protesan mereka.
“CURANG! KAK GOJO CURANG!” teriak Yuuji dan Megumi bersamaan yang dihadiahi cengengesan dari Gojo.
“Waduh, seru banget nih kalian lagi pada main kemah-kemahan.” celetuk seseorang yang baru saja memarkirkan mobilnya di dalam garasi rumah Sukuna.
“Bang Choso! Ayo ikutan sini.” ajak Yuuji kepada kakak tertuanya.
“Iya, nanti abang ikutan.” balas Choso dengan lembut, ia menghampiri adiknya dan menyerahkan plastik yang sedari tadi ia bawa, “nih, bang. Tadi bang Una nitip cemilan, ‘kan?”
Sukuna mengambil plastik yang berisi cemilan yang diberikan oleh Choso, ia memang sengaja meminta Choso untuk membelikannya makanan karena mereka kedatangan tamu. “Makasih, bang.”
“Iyaa.” Choso melepaskan jas hitamnya dan melonggarkan dasi yang berada di kerah kemejanya, sebelum berlalu dari tempat mereka, Choso menatap adik bungsunya dengan lamat, “adek, tidurnya jangan larut dan ajakin Megumi tidur. Bang Una sama Gojo malem ini tanpa rokok, ya.”
“SIAP LAKSANAKAN, BOS!” Gojo mengangkat tangannya untuk membentuk gerakan hormat kepada Choso.
“Lanjut main gih.”
Mereka melanjutkan permainan kartu ditemani oleh banyak cemilan yang dibeli Choso untuk mereka. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 12, Yuuji dan Megumi sudah meninggalkan area camping seadanya itu, yang menyisakan Gojo dan Sukuna di sana. Gojo merebahkan tubuhnya di dalam tenda sedangkan Sukuna duduk diam di luar tenda.
“Kalo lo ketiduran di sini, lo bakal gue tinggalin sendirian.” tutur Sukuna.
“Anjing, jahat lo.” celetuk Gojo. “Kalo gue ketiduran lo harus bangunin gue.”
Dan, acara camping tersebut berakhir dengan helaan napas Sukuna yang kini kesabarannya tengah diuji. Gojo terlelap dengan pulas di dalam tenda, jadi Sukuna membersihkan sisa-sisa camping mereka hanya seorang diri.
[]