Sunflower.

Explicit sexual content, boys love, dom/sub, hand-job, kitten-calling, nipple play, anal sex, overstimulation, multiple orgasms.

Kepulan asap mengisi ruangan yang ditempati oleh dua pemuda, langit yang berwarna mosaik senja menjadi pemandangan yang indah untuk disaksikan oleh netra dua figur umat manusia tersebut. Tak ada pembicaraan yang terjadi di antara mereka, keduanya hanya diam dan tenggelam dalam kesunyian. Suna menyucul batang tembakaunya yang ketiga, menyesap putung cerutu itu dengan nikmat, diselipi alasan untuk menenangkan sejenak suasana yang terasa sangat dingin dan mencekam.

Osamu tak kunjung berucap, mengulik narasi dalam nurani baginya sudah cukup untuk ia lakukan. Iris abunya hanya menatap langit selagi dirinya berada di dalam dekapan hangat Suna Rintarou. Perihal permasalahan yang sempat terjadi di antara mereka telah kunjung rampung, Osamu memaklumi perbuatan Suna ketika kekasihnya itu tengah di bawah kontrol alkohol yang ia nikmati.

Suna menyesap putung itu lagi dan lagi, menghembuskan asapnya ke langit-langit ruangan, setelah selesai ia menyampirkan dagunya di atas bahu Osamu yang terlihat lebih rendah dari biasanya. Suna sempat bertanya; apakah Osamu baik-baik saja?

Punggung Osamu bertabrakan dengan dadanya yang tak mengenakan sehelai benang pun, permintaan Osamu terhadap dirinya. Osamu ingin merasakan kehangatan Suna. Pemuda bersurai abu itu beringsut turun, ia memejamkan matanya dengan erat sebelum menghembuskan napas yang berat.

“Rin.” Vokalisasi Osamu yang lembut ketika merapalkan namanya.

“Iya, sayang?” Suna meresponnya.

Do you really love me?” Osamu tiba-tiba bertanya seperti itu, lantas Suna mengerutkan keningnya sekejab. Ia mematikan putung cerutunya di atas asbak, agar kedua tangannya dapat berfungsi lebih luas untuk menyentuh tubuh ringkih Osamu.

“Kenapa nanya begitu? Justu aku sayang kamu banget, lebih dari apapun.” jawabnya. Suna mengecup bahunya lembut, membubuhkan ciuman yang memabukkan hingga ke jenjang lehernya.

Just to ensure.” balas Osamu. Kelopak matanya terbuka untuk kembali menyaksikan pemandangan yang dijanjikan oleh alam untuk dua insan yang tengah bercumbu di bawah langit.

Suna tak melanjutkan pembicaraan mereka, ia semakin gencar untuk mencium leher Osamu yang bagaikan kanvas putih baginya. Sangat pantas untuk dilukis dan diberi tanda kepemilikan di atasnya. Tangannya ikut andil dalam memoles tubuh Osamu; memasukkan kedua tangannya ke dalam pakaian yang masih bertengger di atas tubuh Osamu. Menari-nari di sekitar dada Osamu.

“Mau?” Suna menghentikan kegiatannya, walau Osamu adalah miliknya, seluruh tubuh Osamu adalah teritorinya, namun ia tetap harus meminta persetujuan Osamu untuk bermain lebih. Ia tak ingin melakukannya hanya berpegangan dengan keinginannya sendiri, jika Osamu menolak maka Suna tak akan melanjutkannya.

Bukankah ini sebuah keharusan? Melakukan hubungan seksual harus didasari oleh persetujuan keduanya.

Osamu mengangguk lemah untuk menyetujui permainan yang akan mereka lakukan. Dadanya terasa sengap karena rasa aneh yang menjalar di relung hatinya. Lagipula tak ada alasan bagi Osamu untuk menolak ajakan Suna, sebab dirinya pun menginginkan hal yang setimpal. Suna memapah tubuh Osamu menuju ranjang yang selalu ditempati oleh mereka, baik hanya untuk tidur maupun melakukan hubungan badan. Suna membantu kekasihnya itu melepaskan pakaiannya, lalu melemparkan segumpal jahitan benang itu ke sembarang tempat.

Ia sudah terlampau naik dan ingin segera melahap santapan yang masih panas. Suna menyatukan bibir mereka, saling berpagut dan menyesap. Suna menggigit bibir bawah Osamu agar ia bisa menjejalkan lidahnya masuk ke dalam mulut Osamu, sedangkan pemuda yang berada di bawah kukungan Suna itu menikmati lidah Suna yang tengah menjajah area mulutnya.

Osamu mengalungkan kedua tangannya di leher Suna untuk menghapus jarak mereka, ia menekan tengkuk Suna agar memperdalam ciuman mereka. Salah satu tangan Suna bermain di atas dada Osamu, memilin puting Osamu yang menegang seiring permainan mereka yang semakin liar. Dua jarinya memilin puting Osamu dengan lembut secara bergantian.

Osamu menggelinjang sebab setiap sentuhan Suna pada tubuhnya bak menghantar aliran listrik. Osamu menarik kepalanya ke belakang untuk melepaskan pagutan bibir mereka. Mengais oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengisi ruang di paru-parunya yang menipis. Kala jari-jarinya tengah bermain dengan puncak dada Osamu, Suna menarik sudut bibirnya ke atas, ternyentuh menyaksikan pemandangan yang luar biasa terpampang tepat di hadapan netranya.

Osamu pahatan Tuhan yang terindah. Ia ingin selalu memoles tubuh sempurna itu untuk kesekian kalinya. Membubuhkan lebih banyak tinta di atasnya. Osamu hanya miliknya seorang, namun dirinya bahkan tak hanya dimiliki oleh Osamu. Bukankah dirinya begitu egois? Suna tahu itu.

You are God’s favorite.” ucapnya dengan seribu pujian yang terselip. “I want to paint yours forever, you’re my art and I’m an artist.” Sentuhan sensual disalurkan melalui tangan-tangan Suna di atas kulit sehalus sutra milik Osamu.

Membelainya dari area lehernya hingga ke perutnya. Suna mengunci kedua tangan Osamu di atas kepalanya agar Osamu tak mampu berkutik dan mengikuti alur permainan yang ia ciptakan. Suna mengecup lembut puncak dada Osamu, memilin puting itu dengan daging basah yang tak bertulang. Lantas, Osamu tak membendung suaranya untuk terkunci. Ia melenguh sebagai tanda bahwa Osamu menyukainya.

I’m egging on to destroy you, baby.” Suna memicingkan mata setajam elang itu pada Osamu, mengintimidasi sang lawan dengan dominasi yang kuat.

Destroy me, Rin. Broke me into pieces if you want to.” Osamu menelan pil pahit kala mengucapkan perkataan itu. Tersemat suatu perasaan saat dirinya berujar demikian, ini bukan kali pertama Suna menghancurkannya. Hatinya telah hancur lebur sebelum hari ini. Apakah Suna memang berniat untuk selalu menghancurkan jiwa serta hatinya?

Suna melucuti celana bahan yang Osamu gunakan, melepaskan pakaian terakhir yang masih bertengger manis di badan Osamu sehingga kini Osamu lolos telanjang di hadapannya. Suna menyusul untuk melepaskan celananya.

Shit.” Suna mengumpat mendapati miliknya yang berdiri kokoh melintasi gravitasi. Ia teramat senang bahwa Osamu selalu piawai untuk membuatnya bersemangat melakukan ini.

Do you want any foreplay? I’ll make you pleasure foremost.” tanya Suna.

“Mau ... ” balasnya lirih tak berdaya.

Suna mengecup bibir ranum itu, bibir yang nantinya akan terbuka untuk melolongkan namanya di tengah-tengah kenikmatan Osamu terhadap permainannya. Suna membenarkan posisinya untuk mengukung Osamu di bawah dominasinya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah indah Osamu. Tangannya bergerak turun ke area bawah Osamu, membuka paha Osamu dengan begitu lebar. Ia melesakkan dua jarinya ke dalam lubang Osamu, menggerakannya keluar-masuk secara berulang tentunya dengan tempo cepat.

“R-Rin ... touch me even more.” lenguh si pemuda bersurai abu.

I will do for you, baby. I’ll do anything just for you. Let me taste you once again, let me to show you how heaven looks like and bring you up to the sky. Do you like this, Samu? Haven’t you always liked this scene so much. Tell the world, Samu. Tell the whole world by moaning my name out.

Osamu dibuat semakin bergairah, jari-jari kakinya menukik nikmat. Suna menambahkan satu jarinya untuk mengobrak-abrik lubangnya, menghujam titik ekstasinya berulang kali. Osamu mengeluarkan desahan tertahannya, merapalkan nama Suna Rintarou dengan indah bak lantunan sebuah irama lagu.

I love you, Samu.” Tak ada jeda yang Suna lakukan untuk menghancurkan lubang Osamu, ia melakukan dengan begitu handal dan brutal. Kala dinding-dinding rektum Osamu menjempit jarinya, ia menyunggingkan senyuman kemenangan.

C-Can I?” Osamu meminta persetujuan.

“Tentu, sayang, just let them out.

Suna semakin gencar menumbuk titik prostatnya agar Osamu dapat meraih pencapaiannya. Tak selang menit kemudian, Osamu memuntahkan cairan pelepasannya yang mengotori perut mereka. Suna tak kunjung berhenti dan masih bermain di dalam lubang Osamu.

Gosh you ... ” pungkas Osamu dengan dada yang turun-naik untuk menetralisasikan pernapasannya setelah melakukan pelepasan yang nikmat.

Suna mengeluarkan tiga jarinya dari dalam lubang Osamu, pemuda bersurai abu melenguh dan merasakan kehampaan di lubangnya. Jari-jarinya basah, lalu ia meraih bekas cairan ejakulasi Osamu dan menyodorkannya tepat di hadapan mulut Osamu. Sedangkan pemuda itu langsung mengernyit kebingungan.

Lick it.” titahnya.

Osamu mengangguk, ia meraih tangan Suna dan memasukkan tiga jari Suna yang basah dengan cairannya sendiri ke dalam mulutnya. Membersihkan jari-jari Suna dari cairan dengan cara yang seduktif. Osamu menjilati jari-jari itu dengan lidahnya, melakukan gerakan keluar-masuk di dalam mulutnya.

Good, kitten. You’re so good at licking what it should be.” Suna menyugar surai abu milik Osamu yang mencuat, merapalkan pujian dan kebanggaannya terhadap Osamu.

“Hu’um.” Osamu membalas tatapan itu, tatapan Suna yang menajam kepadanya.

“Cukup.” Suna kembali melayangkan perintah, Osamu lantas berhenti dari kegiatannya. Jari-jari itu sudah tandas dari cairan miliknya yang sempat mengotori jari Suna. Kekasihnya itu menegakkan tubuhnya untuk memposisikan kepemilikannya di hadapan lubang Osamu.

I’m in and ready to serve the heaven.

Suna memasukkan miliknya ke dalam lubang Osamu, ia tak perlu melakukan penetrasi tambahan sebab lubang itu terlampau basah dan berkedut untuk segera dipuaskan kembali. Kala milik Suna sudah sepenuhnya masuk ke dalam dirinya, pemuda beriris hitam itu menghujamnya dengan tempo rancu dan tak beraturan, seolah ingin benar-benar menghancurkan Osamu dalam semalam.

Osamu tak menahan desahannya, ia membiarkan mulutnya berujar sedemikian. Berteriak, merapalkan nama Suna, dan melenguh. Stimulasi yang diberikan Suna kepadanya sungguh begitu nikmat, bisa dibilang jikalau Suna adalah sosok piawai dalam hal seks. Ia tahu bagaimana cara memuaskan pasangannya dengan baik.

Suna memagut bibir Osamu dengan ganas, namun Osamu dapat mengimbangi permainan bibirnya. Suna mengumpat berulang kali dan berakhir memuji lubang Osamu yang mampu memuaskan miliknya.

Goddamn.” Suna kembali mengumpat.

Dinding-dinding rektum Osamu yang hangat menjepit milik Suna dengan erat, beberapa kali ujung miliknya menyentuh titik ekstasinya dan membuatnya menggelinjang. Suna menandai seluruh badan Osamu agar seluruh penjuru dunia tahu bahwa Osamu ialah miliknya. Namun, Osamu tak sekalipun menciumnya terlebih dahulu, kekasihnya itu hanya memeluk lehernya dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Suna.

Biasanya Osamu selalu meninggalkan tanda kepemilikan di beberapa area tubuhnya, namun kini berbeda. Osamu nampak tak seperti biasanya.

“Samu, I love you so much.” ujar Suna.

Osamu tak kunjung membalasnya. Ia masih menyimpan wajah indahnya di ceruk lehernya. Suna menumbuk lubangnya dengan kuat, tanpa ampun sekali pun. Ia ingin Osamu selalu menyimpan kejadian-kejadian ini di dalam ingatannya selamanya. Bagaimana handalnya sosok Suna Rintarou memuaskannya di atas ranjang mereka.

Hentakan Suna sangat cepat dan tak beraturan, kadang Osamu merasa kewalahan untuk mengimbanginya.

“R-Rin ... ”

Oh, God. Fuck you, sunflower.

Sunflower?

Osamu menarik kepalanya ke belakang untuk menatap wajah Suna, kekasihnya tengah menutup matanya sembari menggigit bibir bawahnya. Tubuh Osamu terhentak seiring gerakan milik Suna di dalam lubangnya. Osamu mengerjapkan kelopak matanya berulang kali. Ia dengan jelas mendengar bahwa Suna menyebutkan hal yang aneh pada dirinya.

Lantas, berikutnya Osamu menghela napas pelan; hatinya tiba-tiba berdenyut nyeri, birahi yang tadinya terbakar hawa nafsu kini berubah menjadi abu. Pikirannya melayang ke arah lain. Saat Suna sedang menikmati permainannya di atas tubuh Osamu, ia membiarkan air matanya berjatuhan dari matanya.

Bahkan disaat seperti ini kamu masih menyebutkan namanya? Lalu, untuk apa aku hadir dihadapanmu, Rin?

Segera Osamu menghapus air matanya sebelum Suna mengetahui keadaannya yang tengah terpuruk. Osamu ingin segera memutuskan keputusannya. Osamu memeluk tubuh Suna dengan erat, mengusap surai Suna yang berantakan akibat perbuatannya.

Suna merasakan kehangatan di dalam pelukan Osamu dan membuatnya tersenyum senang. “Thanks, sayang.”

Dinding rektum Osamu berkedut pertanda bahwa sebentar lagi Osamu akan mencapai pelepasan keduanya. Suna bergerak lebih cepat untuk mengeluar-masukkan miliknya dari dalam lubang Osamu. Sehingga pada beberapa hentakan selanjutnya, Osamu mengeluarkan cairan ejakulasinya dan disusul oleh Suna yang mengeluarkan miliknya di lubang Osamu.

Ssh ... ”

Suna mendongakkan kepalanya ke atas untuk menikmati sisa-sisa pelepasannya. Osamu merasakan lubangnya hangat akan cairan Suna di dalamnya. Ia tersenyum lembut sembari mengusap punggung polos Suna.

“Rin, I love you.” ujar Osamu dengan lembut, tetapi intonasinya sangat pelan.

Suna menarik batang miliknya keluar dari dalam lubang Osamu membiarkan sedikit cairan ejakulasinya keluar dari dalam lubang nikmat tersebut. Segera Suna mengambil posisi di samping Osamu, merengkuh pinggang sempit itu dengan sangat erat.

I love you too.” balas Suna, wajah yang berseri dan senyuman yang menghiasi.

“Ayo putus.”

[]